Kilas Balik Penerimaan Mahasiswa Baru 2013

Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau disebut juga dengan PTN adalah impian dari semua orang khususnya para siswa-siswi kelas XII yang nantinya ingin melanjutkan studinya di tingkat yang lebih tinggi (Universitas). Karena membludaknya jumlah pelamar PTN maka sejak beberapa tahun yang lalu Pemerintah membuat beberapa jalur penerimaan mahasiswa baru. Contohnya saja di tahun 2013, ada tiga jalur yang dibuat diantaranya jalur SNMPTN Undangan dengan kuota 50%, SBMPTN(Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dengan kuota 30% , dan Mandiri dengan kuota 20%. Perubahan yang mencolok terletak di SNMPTN Undangan tahun 2013. Di tahun-tahun yang sebelumnya, siswa yang boleh mengikuti SNMPTN undangan dibatasi jumlahnya tergantung akreditasi setiap sekolah. Namun di tahun 2013 sudah tidak berlaku lagi aturan tersebut. 100% siswa siswi kelas XII boleh mengikuti SNMPTN Undangan.
Euphoria siswa siswi tentu tak bisa dibendung lagi. Namun apakah dengan mengikutsertakan seluruh siswa kelas XII untuk mengikuti SNMPTN merupakan solusi yang tepat?
Menurut saya belum. Mengapa?
Karena faktanya banyak sekolah-sekolah yang bermain curang agar anak didiknya banyak yang lolos di jalur ini. Mereka beranggapan bahwa "semakin banyak siswa yang lolos SNMPTN maka citra sekolah pun juga akan naik".
Artinya apa? Jika popularitas ingin naik, maka siswa yang lolos SNMPTN juga harus banyak, dan cara agar anak didiknya banyak yang lolos di SNMPTN undangan adalah dengan mendongkrak nilai siswa siswi yang ada di lembaganya. 
Karena salah satu persyaratan untuk lolos SNMPTN adalah nilai yang memiliki kecenderungan grafik yang naik maka dari itu sekolah-sekolah berusaha menyulap nilai anak didiknya agar grafik nilainya bisa naik. Ini bukan hanya sekedar opini saya belaka, namun fakta di lapangan membuktikan bahwa banyak sekolah yang bermain curang dengan cara seperti ini. Dan hasilnya? Yaa, anak didik mereka banyak yang lolos di jalur SNMPTN undangan.
Memang banyak lembaga pendidikan menengah ke atas yang menghalalkan cara ini, namun beberapa sekolah juga ada yang tetap memertahankan eksistensi mereka dengan membuat nilai siswa-siswinya apa adanya. Hasilnya? yaa begitulah,... jumlah anak didik mereka cenderung lebih sedikit yang lolos pada jalur SNMPTN undangan. 
Apa dampaknya?
Bisa ditebak, kualitas mahasiswa yang mendapat dongkrakan nilai dari sekolahnya, lebih rendah daripada mahasiswa dengan nilai yang murni (tanpa dibuat-buat). Sehingga bisa dibayangkan, jika kita misalkan 60-70% mahasiswa dari kuota jalur SNMPTN dulunya mendapatkan nilai yang didongkrak oleh sekolahnya maka banyak mahasiswa yang kurang menguasai bidang yang tengah dipelajarinya saat ini.
Akankah Pemerintah tetap mempertahankan sistem penerimaan Mahasiswa Baru yang seperti ini? Apakah akan tetap mempertahankan kuota maba SNMPTN 50% , jika kenyataannya nilai mereka adalah 'fake'?
Menurut opini saya ,akan lebih baik lagi jika kuota penerimaan mahasiswa baru menjadi seperti ini : 60% jalur SBMPTN, 20% jalur undangan(SNMPTN), dan 20% adalah jalur mandiri.
Memang tidak semua mahasiswa yang berasal dari jalur SNMPTN mendapatkan dongkrakan nilai dulunya, namun akan lebih baik jadinya jika kuota mahasiswa jalur tulis diperbesar. Karena jalur tulis adalah jalur yang membuktikan pantas atau tidaknya mahasiswa tersebut berada di PTN pilihannya.


Admin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Recommended song :) "Nadya Fatira-Bintang yang Meredup"

6/13 Neuro