Resume Strategi Belajar dan Mengatasi Masalah Belajar



RESUME SKENARIO 1
                           STRATEGI BELAJAR DAN MENGATASI MASALAH BELAJAR



Description: UNEJ .JPG






         Disusun oleh:
                 Kelompok Tutorial C
          FAKULTAS KEDOKTERAN
                                                              UNIVERSITAS JEMBER
      2014






A.    SKENARIO
SKENARIO 1
                 STRATEGI BELAJAR DAN MENGATASI MASALAH BELAJAR

            Dokter Surono adalah dokter lulusan dari Fakultas Kedokteran 20 tahun yang lalu. Dokter Surono praktek di kecamatan yang jauh dari kabupaten. Di kecamatan itu, tidak ada praktek dokter lain. Pasien di kecamatan tersebut mengenal dokter Surono sebagai pribadi ramah dan berempati kepada pasien-pasiennya, sehingga komunikasi antara dokter dan pasien terjalin dengan baik. Pemanfaatan gadget untuk mencari tahu hal-hal baru yang berkaitan dengan dunia kedokteran senantiasa dilakukan. Hal ini dilakukan sejak kuliah di Fakultas Kedokteran, belia dilatih agar mampu belajar seumur hidup (lifelong learning), self directed learning, belajar berdasar masalah (problem based learning) sehingga saat ini beliau lebih mandiri dalam menjalankan praktik kedokterannya meskipun terjadi perubahan pola penyakit dan pelayanankesehatan. Selain itu, Dokter Surono masih mengandalkan pengetahuan yang didapat semasa kuliah dan berdasarkan praktek selama ini.Dalam praktek kedokterannya, beliau selalu mendasarkan diagnosis dan terapi berdasarkan bukti (evidence based medicine).


B.    KLARIFIKASI ISTILAH
1.     Empati      :
·       Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya di keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain
·       Berdasarkan Kode Etik Kedokteran UU no 7 tahun 1999, dalam ilmu psikososial, dokter memposisikan dirinya sebagai pasien tetapi dokter tidak boleh menaruh perasaan berlebihan terhadap pasien.
·       Menurut Bullmer, empati adalah suatu proses ketika seseorang merasakan perasaan orang lain dan menangkap arti perasaan itu, kemudian mengkomunikasikannya dengan kepekaan sedemikian rupa hingga menunjukkan bahwa ia sungguh-sungguh mengerti perasaan orang lain itu. Bullmer menganggap empati lebih merupakan pemahaman terhadap orang lain ketimbang suatu diagnosis dan evaluasi terhadap orang lain. Empati menekankan kebersamaan dengan orang lain lebih daripada sekedar hubungan yang menempatkan orang lain sebagai objek manipulatif.
·       Pendapat 1 : Empati bersifat obyektifitas, artinya adalah empati harus mengenai keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi oleh pendapat atau pandangan pribadi. Sebagai contoh adalah seorang dokter yang merujuk pasiennya untuk berobat ke rumah sakit karena sudah tidak lagi sesuai dengan standar kompetensinya.
·       Pendapat 2 : Salah satu contoh dari empati yang dimiliki seorang dokter adalah jika seorang pasien datang dengan menangis maka dokter pun berusaha memberi solusi yang terbaik, sebaliknya jika simpati, dokter itu bisa saja turut menangis karena emosi yang terlalu dalam merasakan penderitaan pasien.

2.     Lifelong learning :
v Belajar sepanjang hayat adalah suatu konsep tentang belajar terus menerus dan berkesinambungan (continuing-learning) dari buaian sampai akhir hayat, sejalan dengan fase-fase perkembangan padamanusia.
v Pendidikan seumur hidup adalah sebuah sistem konsep-konsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia

3.     Self Directed Learning :
v Menurut Gibbons (2002), self directed learning adalah peningkatan
pengetahuan, keahlian, prestasi, dan mengembangkan diri dimana individu
menggunakan banyak metode dalam banyak situasi dalam setiap waktu.

v Self-directed learning atau kemandirian belajar merupakan salah satu
kemampuan yang harus dimiliki oleh mahasiswa pendidikan jarak jauh atau
pengguna e-learning. Definisi self-directed learning atau belajar mandiri bukan
berarti belajar sendiri dan diselesaikan sendiri, tetapi lebih kepada bagaimana
dapat memperoleh pengetahuan atas inisiatif sendiri.

v     Pengertian Self Directed Learning bervariasi menurut pendapat beberapa pakar. Knowles (1975, diditasi oleh O’Shea, 2003) mendefinisikan Self Directed Learning adalah sesuatu proses dimana seseorang memiliki inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain, untuk menganalisis kebutuhan belajarnya sendiri, merumuskan tujua belajarnya sendiri, mengidentifikasi sumber-sumber belajar, memilih dan melaksanakan strategi belajar yang sesuai dan mengevaluasi hasilbelajarnya sendiri.
Self directed learning adalah peningkatan pengetahuan secara inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain dengan menyadari kebutuhan sendiri.
·       Cara untuk meningkatkan kesadaran agar menerapkan self directed learning :
1.     Sadari kebutuhan diri sendiri akan belajar
2.     Mulai dengan mencari motivasi diri
3.     Cari metode yang paling efektif dan temukan minat anda
4.     Banyak bergaul dengan lingkungan yang mendukung efektivitas belajar
5.     Mulai dari inisiatif yang paling sederhana yaitu mencari literatur dari internet dan jangan pernah menunda suatu pekerjaan.
·       Perbedaan self directed learning dengan belajar autodidak :
Self directed learning
Autodidak
Belajar mandiri dengan atau tanpa bantuan orang lain
Belajar mandiri tanpa bantuan orang lain
Melalui tahap planning, monitoring, dan evaluating
Tidak melalui tahap planning, monitoring, dan evaluating, tidak mempunyai target pasti
Dapat diterapkan dalam semua konsep pembelajaran
Hanya dapat diterapkan pada pembelajaran dalam hal tertentu

·     Tahapan Self directed learning :
1.     Berpikir secara mandiri
2.     Mengajarkan belajar memanajemen diri
3.     Belajar perencanaan diri
4.      Menemukan minat belajar bagi diri sendiri

Tujuan :
Untuk membekali pebelajar dengan ketrampilan yang dibutuhkan agar termotivasi untuk belajar hari ini dan seterusnya disepanjang hidupnya (life long learners) (Bernadette, 2005) serta memberikan penyesuaian dengan keadaan yang cepat berubah walaupun tidak ada kesempatan.
·     Kelebihan :
1.   Fleksibel. (Zulkabir, 2005)
2.   Mendorong disiplin dan ketrampilan. (Zulkabir, 2005)
3.   Mahasiswa dapat menyelesaikan kuliah sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. (Zulkabir, 2005)
4.   Dapat menyesuaikan diri dengan gaya belajarnya masing-masing.

·     Kekurangan :     
1.   Menuntut disiplin tinggi dan kemandirian belajar yang tinggi. (Zulkabir, 2005)
2.   Memerlukan bimbingan dan tutorial yang intensif. (Zulkabir, 2005)
3.   Membuat mahasiswa terlena/keblabasan. (Zulkabir, 2005)
4.  Diperlukan kesadaran yang tinggi karena perencanaan itu mudah tetapi butuh dorongan yang kuat untuk merealisasikannya.
5.   Sulit mencari literatur yang sesuai

4.     Problem Based Learning :
v Problem Based Learning  adalah model pembelajaran  dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga  siswa dapat  menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh  kembangkan  keterampilan yang  lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri (Arends dalam Abbas, 2000:13).
v Model pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar” , belajar secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. (Duch, 1995)

5.     Evidence Based Medicine :
¨     Pendapat 1 : Evidence-based medicine (EBM) adalah suatu pendekatan medik yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk kepentingan pelayanan kesehatan penderita. Dengan demikian, dalam prakteknya, EBM memadukan antara kemampuan dan pengalaman klinik dengan bukti-bukti ilmiah terkini yang paling dapat dipercaya.
(Sackett et al)
¨     Pendapat 2 : Evidence based medicine (EBM) adalah proses yang digunakan secara sistematik untuk menemukan, menelaah/me-review, dan memanfaatkan hasil-hasil studi sebagai dasar dari pengambilan keputusan klinik. Jadi secara lebih rincinya lagi, EBM merupakan keterpaduan antara (1) bukti-bukti ilmiah, yang berasal dari studi yang terpercaya (best research evidence); dengan (2) keahlian klinis (clinical expertise) dan (3) nilai-nilai yang ada pada masyarakat (patient values).
¨     Pendapat 3 : Evidence Based Medicine (EBM) merupakan pemanfaatan bukti ilmiah berdasarkan penelitian klinis mutakhir yang sahih dalam tatalaksana proses penyembuhan penyakit.
Kesimpulan : Evidence Based Medicine adalah terapi yang didasarkan atas bukti ilmiah

6.     Perubahan pola penyakit :

C.    RUMUSAN MASALAH

D.    ANALISIS MASALAH
E.    KESIMPULAN AWAL
F.     TUJUAN BELAJAR (LEARNING OBJECTIVE)
1.     Membedakan empati dan simpati
2.     Menjelaskan komunikasi efektif, unsur-unsur dan tingkat komunikasi
3.     Menguraikan hambatan dan gangguan pesan
4.     Menguraikan strategi Problem Based Learning
5.     Menjelaskan KBK dan SKDI
6.     Menguraikan paradigma baru dan lama
7.     Menguraikan Adult Learning
8.     Menguraikan langkah-langkah berpikir kritis dan ciri-cirinya
9.     Menguraikan fungsi tutorial dalam problem based learning
10.  Menguraikan berbagai macam gaya belajar
11.  Menguraikan sejarah lahirnya ilmu kedokteran
12.  Menguraikan kerangka berpikir Evidence Based Medicine
13.  Menjelaskan peran TI dalam kedokteran
14.  Menjelaskan pola perubahan penyakit
G.   PENJELASAN TUJUAN BELAJAR (LEARNING OBJECTIVE)
1.             Membedakan empati dan simpati
Empati berbeda dengan simpati. Dimana dari sisi emosional, empati menunjukkan wujud ikut merasakan namun dengan diikuti tindakan nyata, sehingga dapat dikatakan bahwa empati merupakan emosi yang positif karena dapat direalisasikan. Sedangkan untuk tingkat perhatian, tidak ada perbedaan yang mendasar antara simpati dan empati. Karena perwujudan dari kepedulian tersebut dapat dipertanggungjawabkan, serta lebih bersifat obyektif karena bersifat universal, artinya tidak hanya pada sekelompok orang, maka sikap empati menunjukkan tingkat kepedulian yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan simpati. Pada sifat empati, bentuk tindakan yang diberikan juga dapat dirasakan dalam waktu yang relatif lama dan memberikan efek yang lebih banyak, berbeda dengan simpati yang hanya dapat dirasakan si penerima bantuan sebentar saja.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dari tabel berikut :
Pembanding
Empati
Simpati
Obyektifitas
P
-
Subyektifitas
-
P
Tingkat perhatian
P
P
Tingkat kepedulian
++++
++
Emosi
-
P
Tindakan
P (jangka panjang)
P (jangka pendek)




                  Contoh nyata sikap empati dan simpati :
1.     Empati : Ketika kita melihat pengemis di jalanan dan merasa iba kita berusaha memberi tindakan nyata yang mampu meringankan bebannya dalam jangka panjang. Misalnya membawanya ke panti asuhan atau tempat penampungan bagi rakyat miskin dan terlantar.
2.     Simpati : Ketika kita merasa kasihan terhadap pengemis maka yang kita lakukan hanyalah pertolongan jangka pendek seperti memberi uang.

2.             Menjelaskan komunikasi efektif, unsur-unsur dan tingkat komunikasi
Komunikasi Efektif
Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti apa yang dimaksud oleh penyampai informasi. (Komarudin, 1994; Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1998)
Sedangkan komunikasi efektif yaitu suatu bentuk komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang lain yang bisa terlihat dalam proses komunikasi.

Tujuan Komunikasi Efektif

·                 Memberikan kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi informasi dan penerima informasi sehingga bahasa yang digunakan oleh pemberi informasi lebih jelas dan lengkap, serta dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh penerima informasi, atau komunikan.
·                 Agar pengiriman informasi dan umpan balik atau feed back dapat seinbang sehingga tidak terjadi dominasi dalam komunikasi.
·                 Dapat melatih penggunaan bahasa secara baik.

Menurut Mc. Crosky Larson dan Knapp mengatakan bahwa komunikasi yang efektif dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan (accuracy) yang paling tinggi derajatnya antara komunikator dan komunikan dalam setiap komunikasi. Komunikasi yang lebih efektif terjadi apabila komunikator dan komunikan terdapat persamaan dalam pengertian, sikap dan bahasa.

Tingkatan Komunikasi

Tingkatan Komunikasi dibagi dalam 3 tingkatan.
1. Komunikasi intra personal
2. Komunikasi interpersonal
3. Komunikasi massa atau publik
1. Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi dengan diri sendiri, berusaha mengenal diri sendiri dan segala konsep diri yang melingkupinya, menyanyakan kepada diri sendiri tentang segala hal yang ingin dia ketahui terkait dengan keinginan, kebutuhan dll. Contohnya adalah refleksi diri dan renungan.
2. Komunikasi Interpersonal adalah berkomunikasi dengan orang lain secara face to face  maupun dalam kelompok.
Metode :
¨     Komunikasi searah : pembicara memberikan sebuah informasi dan pendengar menyimak informasi tanpa memberikan pertanyaan, argumentasi maupun sanggahan
¨     Komunikasi dua arah : pembicara dan pendengar saling melakukan aksi reciprokal atau saling berbalasan, saling bertukar peran, pendengar terkadang memberi informasi, pembicara terkadang mendengarkan
3. Komunikasi Massa : menyampaikan informasi kepada beberapa orang di sebuah situasi yang sengaja diciptakan.
Proses dan unsur-unsur komunikasi efektif
Dalam proses komunikasi untuk mendapatkan hasil yang efektif perlu diperhatikan unsur-unsur dari komunikasi, yaitu:
1. Komunikator (pandai menggunakan bahasa, intonasi, simbol dan mimik yang menarik simpati dan empati dari komunikannya).

2. Pesan (cara penyampaian, isi pesan sesuai dg kebutuhan dan diminati oleh komunikan)

3. Media (sesuai dg pesan yg ingin disampaikan dan sesuai dg kebutuhan komunikan)

4. Perhatikan gangguan2 yg mungkin akan menghambat proses komunikasi

5. Komunikan (latar belakang, dll)

6. Pengaruh/umpan balik (yg diharapkan / tujuan penyampaian pesan)

Keenam unsur komunikasi harus saling berhubungan dalam menyampaikan pesan agar dapat menjadi komunikasi efektif.




3.      Menguraikan hambatan dan gangguan pesan
Hambatan Berkomunikasi
1.Hambatan komunikasi secara umum
2.Klasifikasi hambatan komunikasi
3.Hambatan komunikasi dari factor situasi
Tidak mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif. Bahkan beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkinlah seseorang melakukan komunikasi yang sebenar-benarnya efektif. Ada banyak hambatan yang bisa merusak komunikasi. Ada beberapa hal yang merupakan hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator kalau ingin komunikasinya sukses.
Ketika anda sedang bercakap-cakap dengan orang lain di beranda rumah
anda tiba-tiba lewat kendaraan motor dengan suara knalpot yang bising, seketika pula anda menghentikan pembicaraan karena merasa terganggu.
Hal ini dalam dunia komunikasi disebut noise (gangguan komunikasi).
Proses komunikasi tidak akan berjalan lancar jika terjadi gangguan
dalam komunikasi. Gangguan atau hambatan itu secara umum dapat
dikelompokkan menjadi hambatan internal dan hambatan eksternal ,
yaitu:
A. Hambatan internal, adalah hambatan yang berasal dari dalam diri
individu yang terkait kondisi fisik dan psikologis. Contohnya, jika
seorang mengalami gangguan pendengaran maka ia akan mengalami hambatan komunikasi. Demikian pula seseorang yang sedang tertekan (depresi) tidak akan dapat melakukan komunikasi dengan baik.
B. Hambatan eksternal, adalah hambatan yang berasal dari luar individu yang terkait dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya.
Contohnya, suara gaduh dari lingkungan sekitar dapat menyebabkan
komunikasi tidak berjalan lancar. Contoh lainnya, perbedaan latar
belakang sosial budaya dapat menyebabkan salah pengertian.
Menurut Prof. Onong Uchjana Effendy, MA dalam bukunya Ilmu, Teori, dan Filasafat Komunikasi. Ada 4 jenis hambatan komunikasi, yaitu:
A. Gangguan
Ada 2 jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut
sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan semantic.
¨     Gangguan mekanik
Gangguan yang disebabkan oleh saluran komunikasi atau kegaduhan yang
bersifat fisik.
¨     Gangguan semantic
Gangguan jenis ini bersangkutan dengan pesan komunikasi yang
pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantic tersaring ke dalam
pesan melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan mengenai
pengertian suatu istilah atau konsep yang terdapat pada komunikator,
akan lebih banyak gangguan semantic dalam pesannya. Gangguan ini
terjadi dalam salah pengertian.
B. Kepentingan
Kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau
menghayati suatu pesan.
C. Motivasi terpendam
Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar
dengan keinginan, kebutuhan, dan kekurangannya. Semakin sesuai
komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan
komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang
bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi
yang tak sesuai dengan motivasinya.
D. Prasangka
Prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi
suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka
belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang
hendak melancarkan komunikasi.
Menurut Dr. Erliana Hasan, Msi dalam bukunya Komunikasi Pemerintahan,
ada beberapa factor yang memengaruhi tercapainya komunikasi yang
efektif:
(1) Perbedaan latar Belakang
     Setiap orang ingin diperlakukan sebagai pribadi, dan memang setiap
orang berbeda, berkaitan dengan perbedaan itu merupakan tanggung jawab komunikator untuk mengenal perbedaan tersebut dan menyesuaikan isi pesan yang hendak disampaikan dengan kondisi penerima pesan secara tepat, dan memilih media serta saluran komunikasi yang sesuai agar respon yang diharapkan dapat dicapai. Makin besar persamaan
orang-orang yang terlibat dalam pembicaraan makin besar kemungkinan
tercapainya komunikasi yang efektif. Perbedaan yang mungkin dapat
menimbulkan kesalahan dalam berkomunikasi antara lain:
– Perbedaan persepsi
– Perbedaan pengalaman dan latar belakang
– Sikap praduga/stereotip
(2) Factor bahasa: bahasa yang digunakan seseorang verbal maupun
nonverbal (bahasa tubuh) ikut berpengaruh dalam proses komunikasi
antara lain:
– Perbedaan arti kata
– Penggunaan istilah atau bahasa tertentu
– Komunikasi nonverbal
(3) Sikap pada waktu berkomunikasi. Hal ini ikut berperan, bahkan
sering menjadi factor utama, sikap-sikap seseorang yang dapat
menghambat komunikasi tersebut antara lain:
– Mendengar hanya apa yang ingin kita dengar
– Mengadakan penilaian terhadap pembaca
– Sibuk mempersiapkan jawaban
– Bukan pendengar yang baik
– Pengaruh factor emosi
– Kurang percaya diri
– Gaya/cara bicara dan nada suara
(4) Factor lingkungan: lingkungan dan kondisi tempat kita
berkomunikasi juga ikut menentukan proses maupun hasil komunikasi
tersebut, hal-hal yang berpengaruh antara lain:
• Factor tempat
• Factor situasi/ waktu

Upaya Dalam Mengatasi Hambatan komunikasi
Ada beberapa cara untuk mengatasi hambatan komunikasi, antara lain:
1. Gunakan umpan balik (feedback), setiap orang yang berbicara
memperhatikan umpan balik yang diberikan lawan bicaranya baik bahasa
verbal maupun non verbal, kemudian memberikan penafsiran terhadap
umpan balik itu secara benar.
2. Pahami perbedaan individu atau kompleksitas individu dengan baik.
Setiap individu merupakan pribadi yang khas yang berbeda baik dari
latar belakang psikologis, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan.
Dengan memahami, seseorang dapat menggunakan taktik yang tepat dalam
berkomunikasi.
3. Gunakan komunikasi langsung (face to face), Komunikasi langsung
dapat mengatasi hambatan komunikasi karena sifatnya lebih persuasif.
Komunikator dapat memadukan bahasa verbal dan bahasa non verbal.
Disamping kata-kata yang selektif dapat pula digunakan kontak mata,
mimik wajah, bahasa tubuh lainnya dan juga meta-language (isyarat
diluar bahasa) yang membuat komunikasi lebih berdaya guna.
4. Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah. Kosa kata yang digunakan
hendaknya dapat dimengerti dan dipahami jangan menggunakan
istilah-istilah yang sukar dimengerti pendengar. Gunakan pola kalimat
sederhana (kanonik) karena kalimat yang mengandung banyak anak kalimat membuat pesan sulit dimengerti.

4.      Menguraikan strategi Problem Based Learning
1.     Definisi
Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan mahasiswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga mahasiswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut sekaligus memiliki keterampilan memecahkan masalah (Ward, 2000).

2.     Tujuan PBL
·       Belajar memahami masalah
·       Belajar mandiri
·       Pemerolehan dan pengolahan informasi
·       Melatih kerjasama
·       Menjadi Problem Solver

3.     Strategi Pembelajaran PBL
v Menjadikan masalah sebagai trigger :
v Motivasi diri
v Mengembangkan diri
v Mencari dan mengolah informasi
v Belajar mandiri
v Bertukar pendapat dan ilmu dengan rekan sejawat
v Menjadikan pengetahuan dan masalah untuk menyelesaikan masalah
v Mencapai tujuan akhir untuk menghasilkan problem solving dari suatu masalah

5.     Menjelaskan KBK dan SKDI
 KBK
·     Definisi
Suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standart performansi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu tersebut.

·     Ciri-ciri
Ë    Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual       maupun klasikal
Ë    Berorientasi pada hasil belajar
Ë    Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi
·                 Sumber belajar bukan hanya guru tetapi juga seluruh sumber belajar yang memenuhi edukasi
·                 Penilaian menekankan pada proses dan hasil dalam upaya atau pencapaian suatu kompetensi

Tujuan KBK
1.Meningkatkan efisisensi dan efektifitas pembelajaran di sekolah, baik,    waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal
2.             Memberikan berbagai macam petunjuk dan gambaran kaitan bidang keilmuan yang sedang dipelajari dan berbagai bidang keilmuan lainnya.
3.             Menjadikan siswa itu aktif dalam belajar dan mengembangkan potensi yang ada dlam dirinya.
4.Mengembangkan indikator untuk setiap kompetensi serta kriteria pencapaiannya (Depdiknas,2002)

SKDI
            Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) merupakan standar minimal kompetensi lulusan dan bukan merupakan standar kewenangan dokter layanan primer. SKDI pertama kali disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) pada tahun 2006 dan telah digunakan sebagai acuan untuk pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). SKDI juga menjadi acuan dalam pengembangan uji kompetensi dokter yang bersifat nasional.
Standar Kompetensi Dokter Indonesia terdiri atas 7 (tujuh) area kompetensi yang diturunkan dari gambaran tugas, peran, dan fungsi dokter layanan primer. Setiap area kompetensi ditetapkan definisinya, yang disebut kompetensi inti. Setiap area kompetensi dijabarkan menjadi beberapa komponen kompetensi, yang dirinci lebih lanjut menjadi kemampuan yang diharapkan di akhir pendidikan. Standar Kompetensi Dokter Indonesia ini dilengkapi dengan Daftar Pokok Bahasan, Daftar Masalah, Daftar Penyakit, dan Daftar Keterampilan Klinis. Fungsi utama keempat daftar tersebut sebagai acuan bagi institusi pendidikan kedokteran dalam mengembangkan kurikulum institusional
Daftar Penyakit, berisikan nama penyakit yang merupakan diagnosis banding dari masalah yang dijumpai pada Daftar Masalah. Daftar Penyakit ini memberikan arah bagi institusi pendidikan kedokteran untuk mengidentifikasikan isi kurikulum. Pada setiap penyakit telah ditentukan tingkat kemampuan yang diharapkan, sehingga memudahkan bagi institusi pendidikan kedokteran untuk menentukan kedalaman dan keluasan dari isi kurikulum.
Daftar Keterampilan Klinis, berisikan keterampilan klinis yang perlu dikuasai oleh dokter layanan primer di Indonesia. Pada setiap keterampilan telah ditentukan tingkat kemampuan yang diharapkan. Daftar ini memudahkan institusi pendidikan kedokteran untuk menentukan materi dan sarana pembelajaran keterampilan klinis.

1. KOMUNIKASI EFEKTIF; mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbal dengan pasien semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega, dan profesi lain.
2. KETERAMPILAN KLINIS; melakukan prosedur klinis dalam menghadapi masalah kedokteran sesuai dengan kebutuhan pasien dan kewenangannya.
3. LANDASAN ILMIAH ILMU KEDOKTERAN; mengidentifikasi, menjelaskan, dan merancang penyelesaian masalah kesehatan secara ilmiah menurut ilmu kedokteran-kesehatan mutakhir untuk mendapat hasil yang optimum.
4. PENGELOLAAN MASALAH KESEHATAN : mengelola masalah kesehatan individu, keluarga, maupun masyarakat secara komprehensif, holistik, bersinambung, koordinatif, dan kolaboratif dalam konteks pelayanan kesehatan primer.
5. PENGELOLAAN INFORMASI : mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan kemamputerapan informasi untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah, atau mengambil keputusan dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di tingkat primer.
6. MAWAS DIRI DAN PENGEMBANGAN DIRI : melakukan praktik kedokteran dengan penuh kesadaran atas kemampuan dan keterbatasannya; mengatasi masalah emosional, personal, kesehatan, dan kesejahteraan yang dapat mempengaruhi kemampuan profesinya; belajar sepanjang hayat; merencanakan, menerapkan, dan memantau perkembangan profesi secara sinambung.
7. ETIKA, MORAL, MEDIKOLEGAL DAN PROFESIONALISME SERTA KESELAMATAN PASIEN : berprilaku profesional dalam praktik kedokteran serta mendukung kebijakan kesehatan; bermoral dan beretika serta memahami isu etik maupun aspek medikolegal dalam praktik kedokteran; menerapkan program keselamatan pasien.

6.      Menguraikan paradigma baru dan lama
Menguraikan paradigma baru dan lama
1.     Paradigma lama dan baru pendidikan dokter
·       Paradigma lama : KIPDI
a. Mengandalkan pengalaman dari senior-seniornya. Apa yang dilakukan dan digunakan seniornya itulah yang digunakan tanpa pertimbangan masih memenuhi kebutuhan zaman atau tidak.
b. Disiplin ilmu, modalnya tahu dan memahami bisa lulus
·       Paradigma baru :
a. Mengandalkan bukti factual dan penelitian baru yang berkembang di zamannya. Dokter harus mengikuti perkembangan zaman, karena penyakit dan obat selalu berkembang sepanjang masa.
b. Harus melewati UKDI untuk lulus. Sebab UKDI adalah sebuah sistem standarisasi yang menjadi standart minimal seorang dokter di Indonesia.
·       Penyebab timbulnya paradigma lama dan baru :  karena adanya penyesuaian kurikulum dan sistem pembelajaran kearah yang lebih baik lagi, perkembangan teknologi kedokeran dengan biaya yang tinggi, dan peningkatan kebutuhan masyarakat.
·       Tujuan terbentuknya paradigma baru : agar mahasiswa terbiasa menerapkan strategi belajar SPICES dan senantiasa proaktif dalam menghadapi tantangan zaman.
Perbedaan keduanya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
No
Paradigma lama
Paradigma baru
1
Teacher-centered
Student-centered
2
Teoritis
Aplikatif (belajar dari masalah)
3
Praktek setelah teori (late clinical exposure)
Praktek sejak awal belajar (early clinical exposure)
4
Kurang dalam penguasaan IT
Lebih menguasai IT
5
Tidak ada pengelolaan sistem pembelajaran
Pengelolaan sistem pembelajaran
6
Pengajaran secara berurutan
Pengajaran terintegrasi
7
Hospital-oriented
Community-oriented
8
Siswa pasif
Siswa aktif
9
One-way learning
Two-way learning
10
Dossen menyiapkan materi dan menyampaikan pada mahasiswa
Dosen hanya menyiapkan materi
11
Dosen menjelaskan seluruh isi materi
Dosen merangkum materi berdasarkan pemikiran mahasiswa

Penjelasan Paradigma Baru
1.     Student-centered. Student centered  berarti siswa aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari, aktif dalam pengelolaan pengetahuan, belajar menentukan apa yang ingin mereka ketahui, mampu mencari pengetahuan sendiri (mandiri). Guru berfungsi sebagai fasilitator dan pembimbing dan pendamping dalam mendapatkan pengetahuan dan keterampilan. Guru mempersiapkan tujuan pembelajaran yang harus dicapai, sumber belajar yang akan digunakan, serta materi dan evaluasi yang akan dipakai sebagai penuntun bagi siswa untuk mengembangkan kompetensinya secara mandiri.
2.     Problem-based. Problem based  berarti siswa diberikan ilustrasi kasus yang akan digunakan untuk mencari, menggali dan mengumpulkan informasi. Dengan cara ini siswa dirangsang untuk mengembangkan nalar dan daya analisanya, berpikir kritis dan mampu menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya. Salah satu metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk memenuhi prinsip pembelajaran ini adalah metode Problem Based Learning.
3.     Integrated. Integrated berarti perencanaan kurikulum didesain secara terintegrasi, baik secara horisontal maupun vertikal. Dalam hal ini, mahasiswa tidak diajak berpikir secara terkotak-kotak dalam masing-masing disiplin ilmu, tetapi mereka dapat menghubungkan dan mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya secara utuh (lintas disiplin).
4.     Community-based (Consummer-based). Community based  berarti pembelajaran berorientasi pada kebutuhan masyarakat. Proses pembelajaran siswa tidak hanya dibatasi oleh ruang kelas dengan bahan tekstual tetapi mereka mempelajari berbagai aspek kehidupan masyarakat yang ada di lingkungan nyata mereka. Melalui berbasis komunitas ini, secara langsung siswa diajak untuk berlatih dan belajar mengambil peran secara positif dalam lingkungan sosialnya.
5.     Elective. Lembaga Pendidikan memfasilitasi anak didiknya untuk mengembangkan bakat dan minatnya baik di bidang akademik maupun non akademik.
6.      Systematic. Pembelajaran dikembangkan dengan tujuan, materi dan tahapan-tahapan yang jelas, logis dan tertib, sehingga pada gilirannya para mahasiswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik dan mencapai kompetensi secara utuh.

7.     Menguraikan Adult Learning
Menurut Knowlen (1986) ada beberapa asumsi mengenai adult learning yaitu :
1.     Konsep diri
Konsep diri orang dewasa tidak lagi tergantung pada orang lain karena ia sudah mampu menentukan pilihan pada dirinya. Orang dewasa memerlukan perlakuan yang sifatnya menghargai dirinya sebagai individu yang telah mampu mengambil keputusan tentang yang ia butuhkan dalam belajar.
2.     Pengalaman
Setiap orang dewasa memiliki pengalaman yang mereka peroleh baik selama belajar, dalam lingkungan kerja, maupun dalam kehidupan masyarakat. Dari pengalaman inilah dapat terjadi pertukarang pengalaman antar peserta didik di kelas.
3.     Kesiapan untuk belajar
Orang dewasa akan siap untuk belajar apabila materi yang akan mereka pelajari dirasa sesuai dengan kebutuhan hidupnya karena tujuan belajarnya adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan agar semakin mampu meningkatkan perannya di masyarakat.
4.     Orientasi terhadap belajar
Orang dewasa ingin secepatnya mengaplikasikan hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari, materi pendidikan dan pelatihan yang cocok bagi mereka adalah yang bersifat praktis sesuai masalah yang dihadapi.

Menurut Smith (1982) asumsi mengenai adult learning meliputi :
1.     Belajar berlangsung sepanjang hayat
2.     Belajar merupakan suatu proses yang bersifat pribadi dan alamiah
3.     Belajar mencakup perubahan, sesuatu yang ditambah ataupun dikurangi
4.     Belajar dibatasi oleh tingkat perkembangan manusia
5.     Berkaitan dengan pengalaman
6.     Belajar mrngandung intuitif
Dari pendapat diatas dapat kita ketahui bahwa adult learning adalah proses belajar mandiri sepanjang hayat yang berdasarkan pada keinginan dan kebutuhan individu melalui pengalaman dan media informasi yang ada untuk mencari ilmu demi meningkatkan perannya di masyarakat.


8.     Menguraikan langkah-langkah berpikir kritis dan ciri-cirinya
Critical Thinking (Berpikir Kritis)
Definisi Berpikir Kritis
à Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan, menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. (Pery & Potter, 2005)
à Berfikir kritis atau critical thinking juga dikenal dengan thinking skills, berfikir kreatif, berfikir tingkat tinggi (high-order thinking). Dalam berfikir kritis terdapat dua dimensipenting, yaitu kerangka berfikir dan pekerjaan mental yang spesifik. (Cotton, 1991, yang dikutip oleh dr.Cholis Abrori dalam pemberian kuliah)
à Michael Seriven dan Richard paul, seperti yang dikutip leh Jenicekc (2006) mengatakan bahwa berfikir kritis adalah sebuah proses intelektual dengan melakukan pembuatan konsep, penerapan, melakukan sintesis dan atau mengevaluasi informasi yang diperoleh dari observasi, pengalaman, refleksi, pemikiran, atau komunikasi sebagai dasar untuk melakukan suatu tindakan. Digambarkan bahwa berfikir kritis tidak hanya cukuo logis, tetapi terdiri atas prose yang lebih luas dalam bidang kedokteran, antara lain melibatkan persepsi, bahasa, emosi, pertimbangan biostatistik dan epidemilogis, bukti ilmiah terbaik, pengetahuan klinis dan kesehatan masyarakat, sikap dan keterampilan. Pendapat ini sama dengan pendapat dari Abraham (2004) yang menerapkan stategi membangun critical thinking mahasiswa melalui pembelajaran fisiologi.
à Nickerson (1987) berpedapat bahwa otoritas pada berfikir kritis, menandai seorang pemikir kritis dalam pengetahuan, kemampuan, sikap, dan kebiasaan dalam bertindak. Seorang pemikir kritis memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Menggunakan bukti ilmiah dengan baik dan berimbang
b. Mengelola pikiran dan menyampaikannya secara konsisten dan jelas
c. Membedakan sesuatu secara logis dan inferens
d. Menangguhkan keputusan bila terdapat kurang bukti yang mendukung
e. Menerapkan teknik problem-solving
f. Mengerti perbedaan antara memberi alasan dengan mencari alasan
g. Berusaha mengantisipasi kemungkinan konsekuensi alternatif pilihan
h. Memahami pendapat berdasarkan derajat kepercayaan
i. Mencari kemiripan dan analogi pada keadaan yang tidak jelas
j. Mampu belajar secra mandiri dan tidak mudah putus asa dalam mengerjakan sesuatu
k. Dapat menyampaikan struktur informal dengan jalan pikiran formal
l. Dapat memberi argumen secara lisan bila terdapat ketidaksesuaian
m.  Membiasakan meragukan pendapat sendiri dan berusaha memahaminya
n. Peka terhadap perbedaan antara kebenaran dan intensitas
o. Menyadari bahwa kemampuan memahami sesuatu adalah terbatas
p. Mengakui kemungkinan pendapatnya sendiri keliru
à  Seorang yang berfikiran kritis menurut Carol (2004) memiliki karakteristik berikut adalah seorang yang
a. Berfikiran terbuka
b. Skeptis
c. Rendah hati
d. Berfikiran bebas
e. Memiliki motivasi tinggi
à Sedangkan menurut Ferret (1996) seseorang dapat menjadi pemikir kritisbila memiliki karakteristik sbb,
a. Menanyakan sesuatu yang berhubungan
b. Menilai pernyataan dan argumen
c. Dapat memperbaiki kekeliruan pemahaman atau informasi
d. Memiliki rasa ingin tahu
e. Tetarik untuk mencari solusi baru
f. Dapat menjelaskan sebuah kriteria untuk menganalisis pendapat
g. Ingin menguji kepercayaan, asumsi, dan dan pendapat serta membandigkannya denag bukti yang ada
h. Mendengarkan orang lain dengan baik dan dapat memberikan umpan balik
i. Mengetahui bahwa berfikir kritis adalah proses sepanjang hayat dari introspeksi diri
j. Mengambil keputusan setelah seluruh fakta dikumpulkan dan dipertimbangkan
k. Mencari bukti ilmiah untuk mendukung asumsi dan keyakinan
l. Dapat memperbaiki pendapatnya bila menemukan fakta baru
m. Mencari bukti
n. Menguji masalah secara terbuka
o. Dapat menolak informasi bila tidak sesuai


9.      Menguraikan fungsi tutorial dalam problem based learning
Dalam tutorial mahasiswa dibentuk sebuah kelompok yang terdiri dari beberapa orang. Kemudian dalam kelompok tersebut diberikan sebuah skenario/permasalahan untuk dipecahkan dengan menggunakan metode seven jumps. Serta pengajar hanyalah sebagai fasilitator.
Skenario tutorial yang diberikan berfungsi hanya sebagai trigger mahasiswa untuk memperoleh :
·       Motivasi belajar untuk memecahkan masalah
·       Berpikir kritis terhadap masalah
·       Kemampuan mengumpulkan dan mengolah informasi
·       Kemampuan belajar mandiri
Dalam hal ini tutorial akan mengembangkan kreatifitas dan pengalaman mahasiswa dalam menghadapi suatu masalah secara mandiri yang tentunya sesuai dengan pembelajaran PBL.
Kemudian mahasiswa mentransfer ataupun saling bertukar pendapat dan informasi dengan mahasiswa lain dalam diskusi hasil dari belajar mandiri hal ini mengakibatkan tiadanya suatu jawaban yang pasti “no one right answer” sehingga hal ini akan menstimulus kemampuan mahasiswa untuk menyimpulkan pemecahan masalah dari berbagai sumber informasi tentunya hal ini juga sesuai dengan metode pembelajaran PBL (Problem Based Learning).
Dan tujuan akhirnya adalah dalam tutorial mahasiswa diharapkan mampu mencari problem solving berdasarkan masalah yang dihadapi.

10.   Menguraikan berbagai macam gaya belajar
Pengertian Gaya Belajar
·        Menurut Fleming dan Mills (1992), gaya belajar merupakan kecenderungan siswa untuk mengadaptasi strategi tertentu dalam belajarnya sebagai bentuk tanggung jawabnya untuk mendapatkan satu pendekatan belajar yang sesuai dengan tuntutan belajar di kelas/sekolah maupun tuntutan dari mata pelajaran.
·        Drummond (1998:186) mendefinisikan gaya belajar sebagai, “an individual’s preferred mode and desired conditions of learning.” Maksudnya, gaya belajar dianggap sebagai cara belajar atau kondisi belajar yang disukai oleh pembelajar. 
·        Willing (1988) mendefinisikan gaya belajar sebagai kebiasaan belajar yang disenangi oleh pembelajar. Keefe (1979) memandang gaya belajar sebagai cara seseorang dalam menerima, berinteraksi, dan memandang lingkungannya. Dunn dan Griggs (1988) memandang gaya belajar sebagai karakter biologis bawaan.
Gaya belajar atau learning style adalah suatu karakteristik kognitif, afektif dan perilaku psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak yang relatif stabil untuk pebelajar merasa saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar (NASSP dalam Ardhana dan Willis, 1989 : 4).
Definisi yang lebih menjurus pada gaya belajar bahasa dan yang dijadikan panduan pada penelitian ini dikemukakan oleh Oxford (2001:359) dimana gaya belajar didefinisikan sebagai pendekatan yang digunakan peserta didik dalam belajar bahasa baru atau mempelajari berbagai mata pelajaran.

Macam-Macam Gaya Belajar
1.     Visual (belajar dengan cara melihat)
Bagi orang yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, mengajak ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraga langsung atau menggambarkan di papan tulis. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas,orang bergaya belajar visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.

Ciri-ciri gaya belajar visual : 
Ø  Bicara agak cepat
Ø  Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
Ø  Tidak mudah terganggu oleh keributan
Ø  Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
Ø  Lebih suka membaca dari pada dibacakan
Ø  Pembaca cepat dan tekun
Ø  Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
Ø  Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
Ø  Lebih suka musik dari pada seni
Ø  Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya 

2. Auditori (belajar dengan cara mendengar)

Orang yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya .Mereka mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang orang lain katakan. Orang bergaya belajar auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi orang auditori mendengarkannya.


Ciri-ciri gaya belajar auditori :
- Saat bekerja suka bicara kepada diri sendiri
-        Penampilan rapi
-        Mudah terganggu oleh keributan
-        Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
-        Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
-        Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
-        Biasanya ia pembicara yang fasih
-         Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
-        Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
-        Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
-        Berbicara dalam irama yang terpola
-        Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara

3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)

Orang yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Mereka sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Orang yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.

Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :
-     Berbicara perlahan
-         Penampilan rapi
-         Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
-         Belajar melalui memanipulasi dan praktek
-         Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
-         Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
-         Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
-         Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
-         Menyukai permainan yang menyibukkan
-         Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu
-         Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi

11.   Menguraikan sejarah lahirnya ilmu kedokteran
Sejak zaman pra-sejarah, manusia telah mengenal konsep penyembuhan. Namun karena keterbatasan pada zaman itu, manusia tidak dapat berbuat banyak. Masyarakat paleolistic berusaha melindungi diri dengan melakukan mobilitas rendah dan menciptakan tempat tinggal yang terisolasi.
Pada zaman neolitic, manusia mulai meninggalkan tradisi mengumpulkan makanan menjadi memproduksi makanan dan mulai hidup  berdampingan dengan hewan ternak. Namun efek sampingnya perkembangan penyakit semakin pesat. Pada zaman ini mulai berkembang konsep penyembuhan serta pengobatan supranatural.
Pada era selanjutnya, kedokteran mulai berkembang di tempat yang berbeda-beda. Mesopotamia, Mesir, Yunani, dan Roma berorientasi pada ilmu ghaib dan agama, India pada keseimbangan elemen tubuh (Dhatus), China pada keseimbangan pertukaran energi Ying dan Yang.
Pada masa selanjutnya, ilmu kedokteran sangat berkembang di Yunani dan Roma. Bahkan sudah terdapat istilah anatomi, dan para dokter telah dibayar atas jasanya. Namun pada tahun 1800, Romawi jatuh dan ilmu kedokteran menurun drastis dan mulai ditolak oleh agama Kristen. Konsep ilmu kedokteran dalam agama Kristen pada saat itu berisi bahwa kesehatan adalah rahmat Tuhan dan penyakit dalah pengaruh roh jahat.
Sedangkan di Timur Tengah, ilmu kedokteran telah menyentuh ranah ilmu pengetahuna dengan ditandai munculnya 2 ilmuan besar yaitu, Avicenna dan Rhazez, serta ditemukannya sekolah kedokteran Nestrorian Cristian diu Jundhisapur di Persia.
Pada era berikutnya sampai abad 18, perkembangan populasi tumbuh cepat. Sehingga berkembang lah berbagai penyakit dan infeksi, sampai disebut dengan Black Death.
Pada abad 19,disebut dengan bangkitnya ilmu kedokteran dengan adanya Sekolah Kedokteran di Perancis dan Jerman. Pada abad ini pula ditemukan teori kuman, vaksinansi, dan imunisasi.
Pada zaman modern, model pendekatan yang digunakan adalah EBM. Ilmu kedokteran juga dibantu oleh berbagai bidang ilmu lainnya, seperti genetika dan farmakologi.

12.             Menguraikan kerangka berpikir Evidence Based Medicine

Evidence Based Medicine menurut Febora Agung Nugroho adalah pendekatan pengambilan keputusan klinik (diagnosis  & terapi) menggunakan bukti ilmiah terbaik (best evidence) yang ada, dengan konsultasi kepada pasien, dan memutuskan pilihan terbaik bagi pasien. Critical Appraisal adalah proses sistematik yang sangat penting pada metode pembelajaran EBM. Hal itu dikarenakan, critical appraisal berfungsi  menguji validitas hasil dan relevansi data dari sebuah bukti ilmiah (hasil penelitian) sebelum digunakan untukdasar mengambil keputusan.
Evidance Based Medicine dan Critical Appraisal sangat berguna dalam praktek kedokteran , karena tidak semua kasus yang ditangani oleh seorang dokter dapat dipelajari secara formal melalui pendidikan kedokteran. Jurnal-jurnal yang didapat melalui metode-metode yang diterapkan oleh Evidance Based Medicine tentunya akan sangat bermanfaat untuk penanganan kasus yang sama dan  relevan, dengan pertimbangan yang matang melalui Critical Appraisal.
Secara formal penilaian kritis (critical appraisal) perlu dilakukan terhadap kualitas bukti-bukti yang dilaporkan oleh artikel atau riset pada jurnal. Penilaian kualitas bukti dari artikel meliputi penilaian tentang validitas (validity), kepentingan (importance), dan kemampuan penerapan (applicability) yang dapat disingkat dengan “VIA”. Berikut ini penjelasan lebih mendalam tentang langkah-langkah critical appraisal :
1.               Validity
            Setiap artikel atau jurnal hasil riset perlu dinilai kritis tentang apakah kesimpulan yang ditarik benar (valid) dan apakah tidak mengandung bias. Biasa adalah  kesalahan sistematis yang dapat menyebabkan kesimpulan hasil riset yang salah.
2.               Importance
Bukti yang disampaikan oleh suatu artikel perlu dinilai tidak hanya validitas atau kebenarannya saja, melainkan juga harus dinilai apakah informasi ilmiah tersebut memberikan informasi yang cukup penting atau tidak (important), sehingga berguna untuk menegakkan diagnosis ataupun memilih terapi yang efektif.
3.               Applicability
Bukti yang valid dan penting dari sebuah riset hanya berguna jika bisa diterapkan kepada pasien di tempat praktik klinis. Itulah satu komponen yang penting juga yaitu applicability.
Setelah mengetahui lebih dalam apa itu metode belajar Evidence Based Medicine dan Critical Apparaisal dan kita simpulkan bahwa tujuan dari metode pembelajaran Evidence Based Medicine antara lain :
a)     Memberikan kemudahan bagi seorang dokter untuk memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pasien, pasalnya data-data ter up to date yang didapat melalui evidence based  medicine membantu  memenuhi kebutuhan dokter akan pembaharuan ilmu pengetahun kedokteran yang selalu berkembang.
b)     Dapat membantu  seorang dokter dalam memenuhi standarisasi, profesionalitas, dan kompetensinya sebagai seorang doker

13.         Menjelaskan peran TI dalam kedokteran
Pentingnya teknologi informasi bagi kedokteran.Seperti yang kita tahu, semakin tahun semakin canggih teknologi yang kita temui. Teknologi dapat membantu kita dalam belajar melalui e-book hingga membantu operasi. Bahkan sekarang dokter beroperasi pun ada yang tidak membutuhkan pembedahan, melainkan dengan bantuan robot kecil yang dimasukkan ke tubuh. Contohnya di India, ada operasi untuk mengurangi lemak dengan mengalihkan lemak menuju organ pencernaan menggunakan selang. Mungkin, dulu itu tidaklah mungkin, namun sekarang telah banyak operasi menggunakan robot tanpa perlu dibedah. Ada contoh survey yang dilakukan oleh PwC sebagai contoh penggunaan teknologi sebagai alat komunikasi antara dokter dan pasien.
Banyak RS juga sudah menyediakan layanan telemedicine untuk berkonsultasi dengan spesialis di RS lain. Di Indonesia, beberapa RS Premium seperti Eka Hospital dan Siloam sudah membangun kerjasama telemedicine dengan Mayo Clinic, USA dan Bagian Anak dan Bagian Saraf RS Sardjito juga sudah mengembangkan kerjasama telemedicine dengan rumah sakit di luar negeri. Di masa yang akan datang, diperlukan teknologi telemedicine untuk fasilitas kesehatan di daerah terpencil dengan jumlah spesialis yang masih sedikit atau belum lengkap. Teknologi mobile ini memungkinkan penyedia layanan kesehatan dan dokter berinteraksi dengan pasien dan memberikan pelayanan dengan lebih cepat dan murah. Selain itu ada juga peluang untuk mendekatkan teknologi kedokteran ke masyarakat melalui provider kesehatan tingkat pertama (PPK Primer), misalnya dengan penggunaan alat pengukur tensi darah individual yang terhubung dengan internet dan hasilnya akan dikirimkan langsung ke dokter keluarga setempat (dokter PPK Primer) dan dokter bias segera merespon dengan mengirimkan komentar atau mengirimkan resep rutin per email. Ini mengurangi beban kerja dokter PPK Primer tanpa mengurangi kualitas pelayanan kesehatannya. Implementasi manajemen rumah sakit modern dengan system informasi terintegrasi akan menghemat biaya kesehatan RS maupun pasien. Selain itu implementasi system rujukan yang baik dengan dukungan sistem telemedicine akan dapat mengurangi beban rumah sakit untuk menangani pasien-pasien dengan tingkat keparahan yang rendah.



14.  Menjelaskan Pola Perubahan Penyakit
·       Definisi
Perubahan pola penyebaran penyakit dan faktor-faktor determinan yang mempengaruhi terjadinya penyakit sehingga dapat diketahui cara pencegahan dan pemberantasan penyakit.
·       Contoh : thypoid dahulu dapat perforasi pada orang dewasa sekarang juga bisa pada anak-anak.
·       Pola yang berubah, meliputi :
1.     Bentuk penularan, sebagai contoh TBC pada seseorang yang menderita HIV
2.     Keparahan penyakit
3.     Attack rate suatu penyakit
·       Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah :
ü  Host (tuan rumah, pejamu) adalah manusia atau makhluk hidup lainnya, yang menjadi tempat terjadinya proses alamiah perkembangan penyakit.
ü  Agent adalah suatu unsur (organisma hidup atau kuman infektif) yang dapat menyebabkan terjadinya suatu penyakit. Pada penyakit tertentu dapat single kausa (infeksi) dan multi kausa (non infeksi).
ü  Environment (lingkungan) adalah semua faktor luar dari suatu individu. Dapat berupa lingkungan fisik (geologi, iklim, geografik), biologis (kepadatan penduduk, flora, fauna), sosial (migrasi/urbanisasi, lingkungan kerja, bencana alam,dll).




Komentar

  1. Saya mohon izin untuk share dan saya jadikan literatur kak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Malam mbak, jika mbak berkenan bolehkah saya meminta sumber dari dr. cholis abrori? Terima Kasih

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Recommended song :) "Nadya Fatira-Bintang yang Meredup"

6/13 Neuro