Resume Strategi Belajar dan Mengatasi Masalah Belajar
RESUME
SKENARIO 1
STRATEGI
BELAJAR DAN MENGATASI MASALAH BELAJAR
Disusun
oleh:
Kelompok Tutorial C
FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2014
A. SKENARIO
SKENARIO 1
STRATEGI
BELAJAR DAN MENGATASI MASALAH BELAJAR
Dokter Surono adalah dokter lulusan
dari Fakultas Kedokteran 20 tahun yang lalu. Dokter Surono praktek di kecamatan
yang jauh dari kabupaten. Di kecamatan itu, tidak ada praktek dokter lain.
Pasien di kecamatan tersebut mengenal dokter Surono sebagai pribadi ramah dan
berempati kepada pasien-pasiennya, sehingga komunikasi antara dokter dan pasien
terjalin dengan baik. Pemanfaatan gadget untuk mencari tahu hal-hal baru yang
berkaitan dengan dunia kedokteran senantiasa dilakukan. Hal ini dilakukan sejak
kuliah di Fakultas Kedokteran, belia dilatih agar mampu belajar seumur hidup
(lifelong learning), self directed learning, belajar berdasar masalah (problem
based learning) sehingga saat ini beliau lebih mandiri dalam menjalankan
praktik kedokterannya meskipun terjadi perubahan pola penyakit dan
pelayanankesehatan. Selain itu, Dokter Surono masih mengandalkan pengetahuan
yang didapat semasa kuliah dan berdasarkan praktek selama ini.Dalam praktek
kedokterannya, beliau selalu mendasarkan diagnosis dan terapi berdasarkan bukti
(evidence based medicine).
B.
KLARIFIKASI ISTILAH
1.
Empati :
· Berdasarkan
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), empati adalah keadaan mental yang membuat
seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya di keadaan perasaan atau pikiran
yang sama dengan orang atau kelompok lain
· Berdasarkan
Kode Etik Kedokteran UU no 7 tahun 1999, dalam ilmu psikososial, dokter
memposisikan dirinya sebagai pasien tetapi dokter tidak boleh menaruh perasaan
berlebihan terhadap pasien.
· Menurut
Bullmer, empati adalah suatu proses ketika seseorang merasakan perasaan orang
lain dan menangkap arti perasaan itu, kemudian mengkomunikasikannya dengan
kepekaan sedemikian rupa hingga menunjukkan bahwa ia sungguh-sungguh mengerti
perasaan orang lain itu. Bullmer menganggap empati lebih merupakan pemahaman
terhadap orang lain ketimbang suatu diagnosis dan evaluasi terhadap orang lain.
Empati menekankan kebersamaan dengan orang lain lebih daripada sekedar hubungan
yang menempatkan orang lain sebagai objek manipulatif.
· Pendapat
1 : Empati bersifat obyektifitas, artinya adalah empati harus mengenai keadaan
yang sebenarnya tanpa dipengaruhi oleh pendapat atau pandangan pribadi. Sebagai
contoh adalah seorang dokter yang merujuk pasiennya untuk berobat ke rumah
sakit karena sudah tidak lagi sesuai dengan standar kompetensinya.
· Pendapat
2 : Salah satu contoh dari empati yang dimiliki seorang dokter adalah jika
seorang pasien datang dengan menangis maka dokter pun berusaha memberi solusi
yang terbaik, sebaliknya jika simpati, dokter itu bisa saja turut menangis
karena emosi yang terlalu dalam merasakan penderitaan pasien.
2.
Lifelong
learning :
v Belajar sepanjang hayat adalah suatu konsep tentang
belajar terus menerus dan berkesinambungan (continuing-learning) dari buaian
sampai akhir hayat, sejalan dengan fase-fase perkembangan padamanusia.
v Pendidikan seumur hidup adalah sebuah sistem
konsep-konsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa
kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia
3.
Self Directed
Learning :
v Menurut
Gibbons (2002), self directed learning adalah peningkatan
pengetahuan, keahlian,
prestasi, dan mengembangkan diri dimana individu
menggunakan banyak
metode dalam banyak situasi dalam setiap waktu.
v Self-directed
learning atau kemandirian belajar merupakan salah satu
kemampuan yang harus
dimiliki oleh mahasiswa pendidikan jarak jauh atau
pengguna e-learning.
Definisi self-directed learning atau belajar mandiri bukan
berarti belajar sendiri
dan diselesaikan sendiri, tetapi lebih kepada bagaimana
dapat memperoleh
pengetahuan atas inisiatif sendiri.
v
Pengertian Self
Directed Learning bervariasi menurut pendapat beberapa pakar. Knowles (1975,
diditasi oleh O’Shea, 2003) mendefinisikan Self Directed Learning adalah
sesuatu proses dimana seseorang memiliki inisiatif, dengan atau tanpa bantuan
orang lain, untuk menganalisis kebutuhan belajarnya sendiri, merumuskan tujua
belajarnya sendiri, mengidentifikasi sumber-sumber belajar, memilih dan
melaksanakan strategi belajar yang sesuai dan mengevaluasi hasilbelajarnya
sendiri.
Self directed learning
adalah peningkatan pengetahuan secara inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang
lain dengan menyadari kebutuhan sendiri.
·
Cara untuk meningkatkan
kesadaran agar menerapkan self directed
learning :
1.
Sadari kebutuhan diri
sendiri akan belajar
2.
Mulai dengan mencari
motivasi diri
3.
Cari metode yang paling
efektif dan temukan minat anda
4.
Banyak bergaul dengan
lingkungan yang mendukung efektivitas belajar
5.
Mulai dari inisiatif
yang paling sederhana yaitu mencari literatur dari internet dan jangan pernah
menunda suatu pekerjaan.
·
Perbedaan self directed learning dengan belajar
autodidak :
Self
directed learning
|
Autodidak
|
Belajar
mandiri dengan atau tanpa bantuan orang lain
|
Belajar
mandiri tanpa bantuan orang lain
|
Melalui tahap planning, monitoring, dan evaluating
|
Tidak melalui
tahap planning, monitoring, dan evaluating, tidak mempunyai target
pasti
|
Dapat
diterapkan dalam semua konsep pembelajaran
|
Hanya dapat
diterapkan pada pembelajaran dalam hal tertentu
|
· Tahapan
Self directed learning :
1. Berpikir
secara mandiri
2. Mengajarkan
belajar memanajemen diri
3. Belajar
perencanaan diri
4. Menemukan
minat belajar bagi diri sendiri
Tujuan
:
Untuk
membekali pebelajar dengan ketrampilan yang dibutuhkan agar termotivasi untuk
belajar hari ini dan seterusnya disepanjang hidupnya (life long learners)
(Bernadette, 2005) serta memberikan penyesuaian dengan keadaan yang cepat
berubah walaupun tidak ada kesempatan.
· Kelebihan
:
1. Fleksibel.
(Zulkabir, 2005)
2. Mendorong
disiplin dan ketrampilan. (Zulkabir, 2005)
3. Mahasiswa
dapat menyelesaikan kuliah sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing.
(Zulkabir, 2005)
4.
Dapat menyesuaikan diri dengan gaya
belajarnya masing-masing.
·
Kekurangan :
1. Menuntut
disiplin tinggi dan kemandirian belajar yang tinggi. (Zulkabir, 2005)
2. Memerlukan
bimbingan dan tutorial yang intensif. (Zulkabir, 2005)
3. Membuat
mahasiswa terlena/keblabasan. (Zulkabir, 2005)
4.
Diperlukan kesadaran yang tinggi karena perencanaan itu mudah tetapi
butuh dorongan yang kuat untuk merealisasikannya.
5. Sulit
mencari literatur yang sesuai
4.
Problem Based
Learning :
v Problem
Based Learning adalah model
pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat
menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan
keterampilan yang lebih tinggi
dan inkuiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri
(Arends dalam Abbas, 2000:13).
v Model
pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar” , belajar
secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah
ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang
dimaksud. (Duch, 1995)
5.
Evidence Based
Medicine :
¨ Pendapat 1 : Evidence-based
medicine (EBM) adalah suatu pendekatan medik yang didasarkan pada bukti-bukti
ilmiah terkini untuk kepentingan pelayanan kesehatan penderita. Dengan
demikian, dalam prakteknya, EBM memadukan antara kemampuan dan pengalaman
klinik dengan bukti-bukti ilmiah terkini yang paling dapat dipercaya.
(Sackett et al)
¨ Pendapat 2 : Evidence based
medicine (EBM) adalah proses yang digunakan secara sistematik untuk menemukan,
menelaah/me-review, dan memanfaatkan hasil-hasil studi sebagai dasar dari
pengambilan keputusan klinik. Jadi secara lebih rincinya lagi, EBM merupakan
keterpaduan antara (1) bukti-bukti ilmiah, yang berasal dari studi yang
terpercaya (best research evidence); dengan (2) keahlian klinis (clinical
expertise) dan (3) nilai-nilai yang ada pada masyarakat (patient values).
¨
Pendapat 3 : Evidence Based
Medicine (EBM)
merupakan pemanfaatan bukti ilmiah berdasarkan penelitian klinis mutakhir yang
sahih dalam tatalaksana proses penyembuhan penyakit.
Kesimpulan : Evidence
Based Medicine adalah terapi yang didasarkan atas bukti ilmiah
6. Perubahan pola
penyakit :
C.
RUMUSAN MASALAH
D.
ANALISIS MASALAH
E.
KESIMPULAN AWAL
F.
TUJUAN BELAJAR (LEARNING OBJECTIVE)
1.
Membedakan
empati dan simpati
2.
Menjelaskan
komunikasi efektif, unsur-unsur dan tingkat komunikasi
3.
Menguraikan hambatan
dan gangguan pesan
4.
Menguraikan
strategi Problem Based Learning
5.
Menjelaskan KBK
dan SKDI
6.
Menguraikan
paradigma baru dan lama
7.
Menguraikan
Adult Learning
8.
Menguraikan langkah-langkah
berpikir kritis dan ciri-cirinya
9.
Menguraikan
fungsi tutorial dalam problem based learning
10. Menguraikan berbagai macam gaya belajar
11. Menguraikan sejarah lahirnya ilmu kedokteran
12. Menguraikan kerangka berpikir Evidence Based Medicine
13. Menjelaskan peran TI dalam kedokteran
14. Menjelaskan pola perubahan penyakit
G.
PENJELASAN TUJUAN BELAJAR (LEARNING OBJECTIVE)
1.
Membedakan empati dan simpati
Empati berbeda dengan
simpati. Dimana dari sisi emosional, empati menunjukkan wujud ikut merasakan
namun dengan diikuti tindakan nyata, sehingga dapat dikatakan bahwa empati
merupakan emosi yang positif karena dapat direalisasikan. Sedangkan untuk
tingkat perhatian, tidak ada perbedaan yang mendasar antara simpati dan empati.
Karena perwujudan dari kepedulian tersebut dapat dipertanggungjawabkan, serta
lebih bersifat obyektif karena bersifat universal, artinya tidak hanya pada
sekelompok orang, maka sikap empati menunjukkan tingkat kepedulian yang lebih
tinggi bila dibandingkan dengan simpati. Pada sifat empati, bentuk tindakan
yang diberikan juga dapat dirasakan dalam waktu yang relatif lama dan
memberikan efek yang lebih banyak, berbeda dengan simpati yang hanya dapat
dirasakan si penerima bantuan sebentar saja.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
dari tabel berikut :
Pembanding
|
Empati
|
Simpati
|
Obyektifitas
|
P
|
-
|
Subyektifitas
|
-
|
P
|
Tingkat
perhatian
|
P
|
P
|
Tingkat
kepedulian
|
++++
|
++
|
Emosi
|
-
|
P
|
Tindakan
|
P
(jangka panjang)
|
P
(jangka pendek)
|
Contoh nyata sikap empati dan simpati :
1.
Empati : Ketika kita
melihat pengemis di jalanan dan merasa iba kita berusaha memberi tindakan nyata
yang mampu meringankan bebannya dalam jangka panjang. Misalnya membawanya ke
panti asuhan atau tempat penampungan bagi rakyat miskin dan terlantar.
2.
Simpati : Ketika kita
merasa kasihan terhadap pengemis maka yang kita lakukan hanyalah pertolongan
jangka pendek seperti memberi uang.
2.
Menjelaskan komunikasi efektif, unsur-unsur dan
tingkat komunikasi
Komunikasi Efektif
Komunikasi
adalah sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau informasi dari seseorang
kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut
mengerti apa yang dimaksud oleh penyampai informasi. (Komarudin, 1994;
Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1998)
Sedangkan
komunikasi efektif yaitu suatu bentuk komunikasi yang mampu menghasilkan
perubahan sikap (attitude change) pada orang lain yang bisa terlihat dalam
proses komunikasi.
Tujuan Komunikasi Efektif
·
Memberikan kemudahan dalam memahami
pesan yang disampaikan antara pemberi informasi dan penerima informasi sehingga
bahasa yang digunakan oleh pemberi informasi lebih jelas dan lengkap, serta
dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh penerima informasi, atau
komunikan.
·
Agar pengiriman informasi dan umpan
balik atau feed back dapat seinbang sehingga tidak terjadi dominasi dalam
komunikasi.
·
Dapat melatih penggunaan bahasa
secara baik.
Menurut Mc.
Crosky Larson dan Knapp mengatakan bahwa komunikasi yang efektif dapat dicapai
dengan mengusahakan ketepatan (accuracy) yang paling tinggi derajatnya antara
komunikator dan komunikan dalam setiap komunikasi. Komunikasi yang lebih
efektif terjadi apabila komunikator dan komunikan terdapat persamaan dalam
pengertian, sikap dan bahasa.
Tingkatan Komunikasi
Tingkatan Komunikasi
dibagi dalam 3 tingkatan.
1. Komunikasi intra
personal
2. Komunikasi
interpersonal
3. Komunikasi massa
atau publik
1. Komunikasi
intrapersonal adalah komunikasi dengan diri
sendiri, berusaha mengenal diri sendiri dan segala konsep diri yang
melingkupinya, menyanyakan kepada diri sendiri tentang segala hal yang ingin
dia ketahui terkait dengan keinginan, kebutuhan dll. Contohnya adalah refleksi
diri dan renungan.
2. Komunikasi Interpersonal adalah berkomunikasi dengan orang lain secara face to face maupun dalam kelompok.
Metode :
¨
Komunikasi searah : pembicara memberikan sebuah informasi dan pendengar menyimak
informasi tanpa memberikan pertanyaan, argumentasi maupun sanggahan
¨
Komunikasi dua arah : pembicara dan pendengar saling melakukan aksi reciprokal atau saling
berbalasan, saling bertukar peran, pendengar terkadang memberi informasi,
pembicara terkadang mendengarkan
3. Komunikasi Massa : menyampaikan informasi
kepada beberapa orang di sebuah situasi yang sengaja diciptakan.
Proses dan
unsur-unsur komunikasi efektif
Dalam proses komunikasi untuk
mendapatkan hasil yang efektif perlu diperhatikan unsur-unsur dari komunikasi,
yaitu:
1. Komunikator (pandai menggunakan bahasa, intonasi, simbol dan mimik yang menarik simpati dan empati dari komunikannya).
2. Pesan (cara penyampaian, isi pesan sesuai dg kebutuhan dan diminati oleh komunikan)
3. Media (sesuai dg pesan yg ingin disampaikan dan sesuai dg kebutuhan komunikan)
4. Perhatikan gangguan2 yg mungkin akan menghambat proses komunikasi
5. Komunikan (latar belakang, dll)
6. Pengaruh/umpan balik (yg diharapkan / tujuan penyampaian pesan)
Keenam unsur komunikasi harus saling berhubungan dalam menyampaikan pesan agar dapat menjadi komunikasi efektif.
1. Komunikator (pandai menggunakan bahasa, intonasi, simbol dan mimik yang menarik simpati dan empati dari komunikannya).
2. Pesan (cara penyampaian, isi pesan sesuai dg kebutuhan dan diminati oleh komunikan)
3. Media (sesuai dg pesan yg ingin disampaikan dan sesuai dg kebutuhan komunikan)
4. Perhatikan gangguan2 yg mungkin akan menghambat proses komunikasi
5. Komunikan (latar belakang, dll)
6. Pengaruh/umpan balik (yg diharapkan / tujuan penyampaian pesan)
Keenam unsur komunikasi harus saling berhubungan dalam menyampaikan pesan agar dapat menjadi komunikasi efektif.
3.
Menguraikan
hambatan dan gangguan pesan
Hambatan Berkomunikasi
1.Hambatan komunikasi
secara umum
2.Klasifikasi hambatan komunikasi
3.Hambatan komunikasi dari factor situasi
2.Klasifikasi hambatan komunikasi
3.Hambatan komunikasi dari factor situasi
Tidak mudah untuk
melakukan komunikasi secara efektif. Bahkan beberapa ahli komunikasi menyatakan
bahwa tidak mungkinlah seseorang melakukan komunikasi yang sebenar-benarnya
efektif. Ada banyak hambatan yang bisa merusak komunikasi. Ada beberapa hal
yang merupakan hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi
komunikator kalau ingin komunikasinya sukses.
Ketika anda sedang
bercakap-cakap dengan orang lain di beranda rumah
anda tiba-tiba lewat kendaraan motor dengan suara knalpot yang bising, seketika pula anda menghentikan pembicaraan karena merasa terganggu.
Hal ini dalam dunia komunikasi disebut noise (gangguan komunikasi).
Proses komunikasi tidak akan berjalan lancar jika terjadi gangguan
dalam komunikasi. Gangguan atau hambatan itu secara umum dapat
dikelompokkan menjadi hambatan internal dan hambatan eksternal ,
yaitu:
anda tiba-tiba lewat kendaraan motor dengan suara knalpot yang bising, seketika pula anda menghentikan pembicaraan karena merasa terganggu.
Hal ini dalam dunia komunikasi disebut noise (gangguan komunikasi).
Proses komunikasi tidak akan berjalan lancar jika terjadi gangguan
dalam komunikasi. Gangguan atau hambatan itu secara umum dapat
dikelompokkan menjadi hambatan internal dan hambatan eksternal ,
yaitu:
A. Hambatan internal, adalah hambatan yang
berasal dari dalam diri
individu yang terkait kondisi fisik dan psikologis. Contohnya, jika
seorang mengalami gangguan pendengaran maka ia akan mengalami hambatan komunikasi. Demikian pula seseorang yang sedang tertekan (depresi) tidak akan dapat melakukan komunikasi dengan baik.
individu yang terkait kondisi fisik dan psikologis. Contohnya, jika
seorang mengalami gangguan pendengaran maka ia akan mengalami hambatan komunikasi. Demikian pula seseorang yang sedang tertekan (depresi) tidak akan dapat melakukan komunikasi dengan baik.
B. Hambatan eksternal, adalah hambatan yang
berasal dari luar individu yang terkait dengan lingkungan fisik dan lingkungan
sosial budaya.
Contohnya, suara gaduh dari lingkungan sekitar dapat menyebabkan
komunikasi tidak berjalan lancar. Contoh lainnya, perbedaan latar
belakang sosial budaya dapat menyebabkan salah pengertian.
Contohnya, suara gaduh dari lingkungan sekitar dapat menyebabkan
komunikasi tidak berjalan lancar. Contoh lainnya, perbedaan latar
belakang sosial budaya dapat menyebabkan salah pengertian.
Menurut Prof. Onong
Uchjana Effendy, MA dalam bukunya Ilmu, Teori, dan Filasafat Komunikasi. Ada 4
jenis hambatan komunikasi, yaitu:
A. Gangguan
Ada 2 jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut
sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan semantic.
Ada 2 jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut
sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan semantic.
¨
Gangguan mekanik
Gangguan yang disebabkan oleh saluran komunikasi atau kegaduhan yang
bersifat fisik.
Gangguan yang disebabkan oleh saluran komunikasi atau kegaduhan yang
bersifat fisik.
¨
Gangguan semantic
Gangguan jenis ini bersangkutan dengan pesan komunikasi yang
pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantic tersaring ke dalam
pesan melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan mengenai
pengertian suatu istilah atau konsep yang terdapat pada komunikator,
akan lebih banyak gangguan semantic dalam pesannya. Gangguan ini
terjadi dalam salah pengertian.
Gangguan jenis ini bersangkutan dengan pesan komunikasi yang
pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantic tersaring ke dalam
pesan melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan mengenai
pengertian suatu istilah atau konsep yang terdapat pada komunikator,
akan lebih banyak gangguan semantic dalam pesannya. Gangguan ini
terjadi dalam salah pengertian.
B. Kepentingan
Kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau
menghayati suatu pesan.
Kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau
menghayati suatu pesan.
C. Motivasi terpendam
Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar
dengan keinginan, kebutuhan, dan kekurangannya. Semakin sesuai
komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan
komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang
bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi
yang tak sesuai dengan motivasinya.
Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar
dengan keinginan, kebutuhan, dan kekurangannya. Semakin sesuai
komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan
komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang
bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi
yang tak sesuai dengan motivasinya.
D. Prasangka
Prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi
suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka
belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang
hendak melancarkan komunikasi.
Prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi
suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka
belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang
hendak melancarkan komunikasi.
Menurut Dr. Erliana Hasan, Msi dalam bukunya Komunikasi Pemerintahan,
ada beberapa factor yang memengaruhi tercapainya komunikasi yang
efektif:
ada beberapa factor yang memengaruhi tercapainya komunikasi yang
efektif:
(1) Perbedaan latar
Belakang
Setiap orang ingin diperlakukan sebagai pribadi, dan memang setiap
orang berbeda, berkaitan dengan perbedaan itu merupakan tanggung jawab komunikator untuk mengenal perbedaan tersebut dan menyesuaikan isi pesan yang hendak disampaikan dengan kondisi penerima pesan secara tepat, dan memilih media serta saluran komunikasi yang sesuai agar respon yang diharapkan dapat dicapai. Makin besar persamaan
orang-orang yang terlibat dalam pembicaraan makin besar kemungkinan
tercapainya komunikasi yang efektif. Perbedaan yang mungkin dapat
menimbulkan kesalahan dalam berkomunikasi antara lain:
– Perbedaan persepsi
– Perbedaan pengalaman dan latar belakang
– Sikap praduga/stereotip
Setiap orang ingin diperlakukan sebagai pribadi, dan memang setiap
orang berbeda, berkaitan dengan perbedaan itu merupakan tanggung jawab komunikator untuk mengenal perbedaan tersebut dan menyesuaikan isi pesan yang hendak disampaikan dengan kondisi penerima pesan secara tepat, dan memilih media serta saluran komunikasi yang sesuai agar respon yang diharapkan dapat dicapai. Makin besar persamaan
orang-orang yang terlibat dalam pembicaraan makin besar kemungkinan
tercapainya komunikasi yang efektif. Perbedaan yang mungkin dapat
menimbulkan kesalahan dalam berkomunikasi antara lain:
– Perbedaan persepsi
– Perbedaan pengalaman dan latar belakang
– Sikap praduga/stereotip
(2) Factor bahasa: bahasa
yang digunakan seseorang verbal maupun
nonverbal (bahasa tubuh) ikut berpengaruh dalam proses komunikasi
antara lain:
– Perbedaan arti kata
– Penggunaan istilah atau bahasa tertentu
– Komunikasi nonverbal
nonverbal (bahasa tubuh) ikut berpengaruh dalam proses komunikasi
antara lain:
– Perbedaan arti kata
– Penggunaan istilah atau bahasa tertentu
– Komunikasi nonverbal
(3) Sikap pada waktu
berkomunikasi. Hal ini ikut berperan, bahkan
sering menjadi factor utama, sikap-sikap seseorang yang dapat
menghambat komunikasi tersebut antara lain:
– Mendengar hanya apa yang ingin kita dengar
– Mengadakan penilaian terhadap pembaca
– Sibuk mempersiapkan jawaban
– Bukan pendengar yang baik
– Pengaruh factor emosi
– Kurang percaya diri
– Gaya/cara bicara dan nada suara
sering menjadi factor utama, sikap-sikap seseorang yang dapat
menghambat komunikasi tersebut antara lain:
– Mendengar hanya apa yang ingin kita dengar
– Mengadakan penilaian terhadap pembaca
– Sibuk mempersiapkan jawaban
– Bukan pendengar yang baik
– Pengaruh factor emosi
– Kurang percaya diri
– Gaya/cara bicara dan nada suara
(4) Factor lingkungan:
lingkungan dan kondisi tempat kita
berkomunikasi juga ikut menentukan proses maupun hasil komunikasi
tersebut, hal-hal yang berpengaruh antara lain:
• Factor tempat
• Factor situasi/ waktu
berkomunikasi juga ikut menentukan proses maupun hasil komunikasi
tersebut, hal-hal yang berpengaruh antara lain:
• Factor tempat
• Factor situasi/ waktu
Upaya Dalam Mengatasi
Hambatan komunikasi
Ada beberapa cara untuk
mengatasi hambatan komunikasi, antara lain:
1. Gunakan umpan balik (feedback), setiap orang yang berbicara
memperhatikan umpan balik yang diberikan lawan bicaranya baik bahasa
verbal maupun non verbal, kemudian memberikan penafsiran terhadap
umpan balik itu secara benar.
2. Pahami perbedaan individu atau kompleksitas individu dengan baik.
Setiap individu merupakan pribadi yang khas yang berbeda baik dari
latar belakang psikologis, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan.
Dengan memahami, seseorang dapat menggunakan taktik yang tepat dalam
berkomunikasi.
3. Gunakan komunikasi langsung (face to face), Komunikasi langsung
dapat mengatasi hambatan komunikasi karena sifatnya lebih persuasif.
Komunikator dapat memadukan bahasa verbal dan bahasa non verbal.
Disamping kata-kata yang selektif dapat pula digunakan kontak mata,
mimik wajah, bahasa tubuh lainnya dan juga meta-language (isyarat
diluar bahasa) yang membuat komunikasi lebih berdaya guna.
4. Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah. Kosa kata yang digunakan
hendaknya dapat dimengerti dan dipahami jangan menggunakan
istilah-istilah yang sukar dimengerti pendengar. Gunakan pola kalimat
sederhana (kanonik) karena kalimat yang mengandung banyak anak kalimat membuat pesan sulit dimengerti.
1. Gunakan umpan balik (feedback), setiap orang yang berbicara
memperhatikan umpan balik yang diberikan lawan bicaranya baik bahasa
verbal maupun non verbal, kemudian memberikan penafsiran terhadap
umpan balik itu secara benar.
2. Pahami perbedaan individu atau kompleksitas individu dengan baik.
Setiap individu merupakan pribadi yang khas yang berbeda baik dari
latar belakang psikologis, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan.
Dengan memahami, seseorang dapat menggunakan taktik yang tepat dalam
berkomunikasi.
3. Gunakan komunikasi langsung (face to face), Komunikasi langsung
dapat mengatasi hambatan komunikasi karena sifatnya lebih persuasif.
Komunikator dapat memadukan bahasa verbal dan bahasa non verbal.
Disamping kata-kata yang selektif dapat pula digunakan kontak mata,
mimik wajah, bahasa tubuh lainnya dan juga meta-language (isyarat
diluar bahasa) yang membuat komunikasi lebih berdaya guna.
4. Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah. Kosa kata yang digunakan
hendaknya dapat dimengerti dan dipahami jangan menggunakan
istilah-istilah yang sukar dimengerti pendengar. Gunakan pola kalimat
sederhana (kanonik) karena kalimat yang mengandung banyak anak kalimat membuat pesan sulit dimengerti.
4.
Menguraikan
strategi Problem Based Learning
1. Definisi
Problem
Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan mahasiswa untuk memecahkan
suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga mahasiswa dapat
mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut sekaligus
memiliki keterampilan memecahkan masalah (Ward, 2000).
2. Tujuan PBL
·
Belajar memahami
masalah
·
Belajar mandiri
·
Pemerolehan dan
pengolahan informasi
·
Melatih
kerjasama
·
Menjadi Problem
Solver
3. Strategi
Pembelajaran PBL
v Menjadikan masalah sebagai trigger :
v Motivasi diri
v Mengembangkan diri
v Mencari dan mengolah informasi
v Belajar mandiri
v Bertukar pendapat dan ilmu dengan rekan sejawat
v Menjadikan pengetahuan dan masalah untuk menyelesaikan
masalah
v Mencapai tujuan akhir untuk menghasilkan problem
solving dari suatu masalah
5. Menjelaskan
KBK dan SKDI
KBK
· Definisi
Suatu
konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan standart performansi tertentu sehingga hasilnya
dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat
kompetensi tertentu tersebut.
· Ciri-ciri
Ë
Menekankan pada
ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun
klasikal
Ë
Berorientasi pada hasil
belajar
Ë
Penyampaian dalam
pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi
·
Sumber belajar bukan
hanya guru tetapi juga seluruh sumber belajar yang memenuhi edukasi
·
Penilaian menekankan
pada proses dan hasil dalam upaya atau pencapaian suatu kompetensi
Tujuan
KBK
1.Meningkatkan
efisisensi dan efektifitas pembelajaran di sekolah, baik, waktu, dana,
fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal
2.
Memberikan berbagai macam petunjuk
dan gambaran kaitan bidang keilmuan yang sedang dipelajari dan berbagai bidang
keilmuan lainnya.
3.
Menjadikan siswa itu aktif dalam
belajar dan mengembangkan potensi yang ada dlam dirinya.
4.Mengembangkan
indikator untuk setiap kompetensi serta kriteria pencapaiannya (Depdiknas,2002)
SKDI
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
(SKDI) merupakan standar minimal kompetensi lulusan dan bukan merupakan standar
kewenangan dokter layanan primer. SKDI pertama kali disahkan oleh Konsil
Kedokteran Indonesia (KKI) pada tahun 2006 dan telah digunakan sebagai acuan
untuk pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). SKDI juga menjadi acuan
dalam pengembangan uji kompetensi dokter yang bersifat nasional.
Standar Kompetensi Dokter Indonesia terdiri atas 7 (tujuh)
area kompetensi yang diturunkan dari gambaran tugas, peran, dan fungsi dokter
layanan primer. Setiap area kompetensi ditetapkan definisinya, yang disebut
kompetensi inti. Setiap area kompetensi dijabarkan menjadi beberapa komponen
kompetensi, yang dirinci lebih lanjut menjadi kemampuan yang diharapkan di
akhir pendidikan. Standar Kompetensi Dokter Indonesia ini dilengkapi dengan
Daftar Pokok Bahasan, Daftar Masalah, Daftar Penyakit, dan Daftar Keterampilan
Klinis. Fungsi utama keempat daftar tersebut sebagai acuan bagi institusi
pendidikan kedokteran dalam mengembangkan kurikulum institusional
Daftar Penyakit, berisikan nama
penyakit yang merupakan diagnosis banding dari masalah yang dijumpai pada
Daftar Masalah. Daftar Penyakit ini memberikan arah bagi institusi pendidikan
kedokteran untuk mengidentifikasikan isi kurikulum. Pada setiap penyakit telah
ditentukan tingkat kemampuan yang diharapkan, sehingga memudahkan bagi
institusi pendidikan kedokteran untuk menentukan kedalaman dan keluasan dari
isi kurikulum.
Daftar Keterampilan Klinis, berisikan keterampilan klinis
yang perlu dikuasai oleh dokter layanan primer di Indonesia. Pada setiap
keterampilan telah ditentukan tingkat kemampuan yang diharapkan. Daftar ini
memudahkan institusi pendidikan kedokteran untuk menentukan materi dan sarana
pembelajaran keterampilan klinis.
1. KOMUNIKASI EFEKTIF; mampu menggali
dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbal dengan pasien semua usia,
anggota keluarga, masyarakat, kolega, dan profesi lain.
2. KETERAMPILAN KLINIS; melakukan prosedur klinis dalam menghadapi masalah kedokteran sesuai dengan kebutuhan pasien dan kewenangannya.
3. LANDASAN ILMIAH ILMU KEDOKTERAN; mengidentifikasi, menjelaskan, dan merancang penyelesaian masalah kesehatan secara ilmiah menurut ilmu kedokteran-kesehatan mutakhir untuk mendapat hasil yang optimum.
4. PENGELOLAAN MASALAH KESEHATAN : mengelola masalah kesehatan individu, keluarga, maupun masyarakat secara komprehensif, holistik, bersinambung, koordinatif, dan kolaboratif dalam konteks pelayanan kesehatan primer.
5. PENGELOLAAN INFORMASI : mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan kemamputerapan informasi untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah, atau mengambil keputusan dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di tingkat primer.
6. MAWAS DIRI DAN PENGEMBANGAN DIRI : melakukan praktik kedokteran dengan penuh kesadaran atas kemampuan dan keterbatasannya; mengatasi masalah emosional, personal, kesehatan, dan kesejahteraan yang dapat mempengaruhi kemampuan profesinya; belajar sepanjang hayat; merencanakan, menerapkan, dan memantau perkembangan profesi secara sinambung.
7. ETIKA, MORAL, MEDIKOLEGAL DAN PROFESIONALISME SERTA KESELAMATAN PASIEN : berprilaku profesional dalam praktik kedokteran serta mendukung kebijakan kesehatan; bermoral dan beretika serta memahami isu etik maupun aspek medikolegal dalam praktik kedokteran; menerapkan program keselamatan pasien.
2. KETERAMPILAN KLINIS; melakukan prosedur klinis dalam menghadapi masalah kedokteran sesuai dengan kebutuhan pasien dan kewenangannya.
3. LANDASAN ILMIAH ILMU KEDOKTERAN; mengidentifikasi, menjelaskan, dan merancang penyelesaian masalah kesehatan secara ilmiah menurut ilmu kedokteran-kesehatan mutakhir untuk mendapat hasil yang optimum.
4. PENGELOLAAN MASALAH KESEHATAN : mengelola masalah kesehatan individu, keluarga, maupun masyarakat secara komprehensif, holistik, bersinambung, koordinatif, dan kolaboratif dalam konteks pelayanan kesehatan primer.
5. PENGELOLAAN INFORMASI : mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan kemamputerapan informasi untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah, atau mengambil keputusan dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di tingkat primer.
6. MAWAS DIRI DAN PENGEMBANGAN DIRI : melakukan praktik kedokteran dengan penuh kesadaran atas kemampuan dan keterbatasannya; mengatasi masalah emosional, personal, kesehatan, dan kesejahteraan yang dapat mempengaruhi kemampuan profesinya; belajar sepanjang hayat; merencanakan, menerapkan, dan memantau perkembangan profesi secara sinambung.
7. ETIKA, MORAL, MEDIKOLEGAL DAN PROFESIONALISME SERTA KESELAMATAN PASIEN : berprilaku profesional dalam praktik kedokteran serta mendukung kebijakan kesehatan; bermoral dan beretika serta memahami isu etik maupun aspek medikolegal dalam praktik kedokteran; menerapkan program keselamatan pasien.
6.
Menguraikan
paradigma baru dan lama
Menguraikan
paradigma baru dan lama
1. Paradigma
lama dan baru pendidikan dokter
· Paradigma
lama : KIPDI
a.
Mengandalkan pengalaman dari senior-seniornya. Apa yang dilakukan dan digunakan
seniornya itulah yang digunakan tanpa pertimbangan masih memenuhi kebutuhan
zaman atau tidak.
b.
Disiplin ilmu, modalnya tahu dan memahami bisa lulus
· Paradigma
baru :
a.
Mengandalkan bukti factual dan penelitian baru yang berkembang di zamannya.
Dokter harus mengikuti perkembangan zaman, karena penyakit dan obat selalu
berkembang sepanjang masa.
b.
Harus melewati UKDI untuk lulus. Sebab UKDI adalah sebuah sistem standarisasi
yang menjadi standart minimal seorang dokter di Indonesia.
· Penyebab
timbulnya paradigma lama dan baru :
karena adanya penyesuaian kurikulum dan sistem pembelajaran kearah yang
lebih baik lagi, perkembangan teknologi kedokeran dengan biaya yang tinggi, dan
peningkatan kebutuhan masyarakat.
· Tujuan
terbentuknya paradigma baru : agar mahasiswa terbiasa menerapkan strategi
belajar SPICES dan senantiasa proaktif dalam menghadapi tantangan zaman.
Perbedaan
keduanya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
No
|
Paradigma
lama
|
Paradigma
baru
|
1
|
Teacher-centered
|
Student-centered
|
2
|
Teoritis
|
Aplikatif
(belajar dari masalah)
|
3
|
Praktek
setelah teori (late clinical exposure)
|
Praktek
sejak awal belajar (early clinical
exposure)
|
4
|
Kurang
dalam penguasaan IT
|
Lebih
menguasai IT
|
5
|
Tidak
ada pengelolaan sistem pembelajaran
|
Pengelolaan
sistem pembelajaran
|
6
|
Pengajaran
secara berurutan
|
Pengajaran
terintegrasi
|
7
|
Hospital-oriented
|
Community-oriented
|
8
|
Siswa
pasif
|
Siswa
aktif
|
9
|
One-way
learning
|
Two-way
learning
|
10
|
Dossen
menyiapkan materi dan menyampaikan pada mahasiswa
|
Dosen
hanya menyiapkan materi
|
11
|
Dosen
menjelaskan seluruh isi materi
|
Dosen
merangkum materi berdasarkan pemikiran mahasiswa
|
Penjelasan
Paradigma Baru
1.
Student-centered. Student centered berarti siswa aktif
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari, aktif dalam
pengelolaan pengetahuan, belajar menentukan
apa yang ingin mereka ketahui, mampu mencari pengetahuan
sendiri (mandiri). Guru berfungsi sebagai fasilitator dan pembimbing dan
pendamping dalam mendapatkan pengetahuan dan keterampilan. Guru mempersiapkan
tujuan pembelajaran yang harus dicapai, sumber belajar yang akan digunakan,
serta materi dan evaluasi yang akan dipakai sebagai penuntun bagi siswa untuk
mengembangkan kompetensinya secara mandiri.
2.
Problem-based. Problem based berarti siswa diberikan ilustrasi
kasus yang akan digunakan untuk mencari, menggali dan mengumpulkan informasi.
Dengan cara ini siswa dirangsang untuk mengembangkan nalar dan daya analisanya,
berpikir kritis dan mampu menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya. Salah
satu metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk memenuhi prinsip
pembelajaran ini adalah metode Problem Based Learning.
3.
Integrated. Integrated berarti perencanaan kurikulum
didesain secara terintegrasi, baik secara horisontal maupun vertikal. Dalam hal
ini, mahasiswa tidak diajak berpikir secara terkotak-kotak dalam masing-masing
disiplin ilmu, tetapi mereka dapat menghubungkan dan mengintegrasikan
pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya secara utuh (lintas disiplin).
4.
Community-based (Consummer-based). Community based berarti pembelajaran
berorientasi pada kebutuhan masyarakat. Proses pembelajaran siswa tidak hanya
dibatasi oleh ruang kelas dengan bahan tekstual tetapi mereka mempelajari
berbagai aspek kehidupan masyarakat yang ada di lingkungan nyata mereka.
Melalui berbasis komunitas ini, secara langsung siswa diajak untuk berlatih dan
belajar mengambil peran secara positif dalam lingkungan sosialnya.
5.
Elective. Lembaga
Pendidikan memfasilitasi anak didiknya untuk mengembangkan bakat dan minatnya
baik di bidang akademik maupun non akademik.
6.
Systematic. Pembelajaran dikembangkan dengan
tujuan, materi dan tahapan-tahapan yang jelas, logis dan tertib, sehingga pada
gilirannya para mahasiswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik dan
mencapai kompetensi secara utuh.
7. Menguraikan Adult Learning
Menurut
Knowlen (1986) ada beberapa
asumsi mengenai adult learning yaitu :
1. Konsep
diri
Konsep diri orang dewasa tidak lagi
tergantung pada orang lain karena ia sudah mampu menentukan pilihan pada
dirinya. Orang dewasa memerlukan perlakuan yang sifatnya menghargai dirinya
sebagai individu yang telah mampu mengambil keputusan tentang yang ia butuhkan
dalam belajar.
2. Pengalaman
Setiap orang dewasa memiliki pengalaman
yang mereka peroleh baik selama belajar, dalam lingkungan kerja, maupun dalam
kehidupan masyarakat. Dari pengalaman inilah dapat terjadi pertukarang
pengalaman antar peserta didik di kelas.
3. Kesiapan
untuk belajar
Orang dewasa akan siap untuk belajar
apabila materi yang akan mereka pelajari dirasa sesuai dengan kebutuhan
hidupnya karena tujuan belajarnya adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan agar semakin mampu meningkatkan perannya di masyarakat.
4. Orientasi
terhadap belajar
Orang dewasa ingin secepatnya
mengaplikasikan hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari, materi pendidikan
dan pelatihan yang cocok bagi mereka adalah yang bersifat praktis sesuai
masalah yang dihadapi.
Menurut Smith (1982)
asumsi mengenai adult learning meliputi :
1. Belajar
berlangsung sepanjang hayat
2. Belajar
merupakan suatu proses yang bersifat pribadi dan alamiah
3. Belajar
mencakup perubahan, sesuatu yang ditambah ataupun dikurangi
4. Belajar
dibatasi oleh tingkat perkembangan manusia
5. Berkaitan
dengan pengalaman
6. Belajar
mrngandung intuitif
Dari
pendapat diatas dapat kita ketahui bahwa adult learning adalah proses belajar
mandiri sepanjang hayat yang berdasarkan pada keinginan dan kebutuhan individu
melalui pengalaman dan media informasi yang ada untuk mencari ilmu demi
meningkatkan perannya di masyarakat.
8. Menguraikan langkah-langkah berpikir kritis dan
ciri-cirinya
Critical
Thinking (Berpikir Kritis)
Definisi Berpikir Kritis
à Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan, menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. (Pery & Potter, 2005)
à Berfikir kritis atau critical thinking juga dikenal dengan thinking skills, berfikir kreatif, berfikir tingkat tinggi (high-order thinking). Dalam berfikir kritis terdapat dua dimensipenting, yaitu kerangka berfikir dan pekerjaan mental yang spesifik. (Cotton, 1991, yang dikutip oleh dr.Cholis Abrori dalam pemberian kuliah)
à Michael Seriven dan Richard paul, seperti yang dikutip leh Jenicekc (2006) mengatakan bahwa berfikir kritis adalah sebuah proses intelektual dengan melakukan pembuatan konsep, penerapan, melakukan sintesis dan atau mengevaluasi informasi yang diperoleh dari observasi, pengalaman, refleksi, pemikiran, atau komunikasi sebagai dasar untuk melakukan suatu tindakan. Digambarkan bahwa berfikir kritis tidak hanya cukuo logis, tetapi terdiri atas prose yang lebih luas dalam bidang kedokteran, antara lain melibatkan persepsi, bahasa, emosi, pertimbangan biostatistik dan epidemilogis, bukti ilmiah terbaik, pengetahuan klinis dan kesehatan masyarakat, sikap dan keterampilan. Pendapat ini sama dengan pendapat dari Abraham (2004) yang menerapkan stategi membangun critical thinking mahasiswa melalui pembelajaran fisiologi.
à Nickerson (1987) berpedapat bahwa otoritas pada berfikir kritis, menandai seorang pemikir kritis dalam pengetahuan, kemampuan, sikap, dan kebiasaan dalam bertindak. Seorang pemikir kritis memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Menggunakan bukti ilmiah dengan baik dan berimbang
b. Mengelola pikiran dan menyampaikannya secara konsisten dan jelas
c. Membedakan sesuatu secara logis dan inferens
d. Menangguhkan keputusan bila terdapat kurang bukti yang mendukung
e. Menerapkan teknik problem-solving
f. Mengerti perbedaan antara memberi alasan dengan mencari alasan
g. Berusaha mengantisipasi kemungkinan konsekuensi alternatif pilihan
h. Memahami pendapat berdasarkan derajat kepercayaan
i. Mencari kemiripan dan analogi pada keadaan yang tidak jelas
j. Mampu belajar secra mandiri dan tidak mudah putus asa dalam mengerjakan sesuatu
k. Dapat menyampaikan struktur informal dengan jalan pikiran formal
Definisi Berpikir Kritis
à Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan, menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. (Pery & Potter, 2005)
à Berfikir kritis atau critical thinking juga dikenal dengan thinking skills, berfikir kreatif, berfikir tingkat tinggi (high-order thinking). Dalam berfikir kritis terdapat dua dimensipenting, yaitu kerangka berfikir dan pekerjaan mental yang spesifik. (Cotton, 1991, yang dikutip oleh dr.Cholis Abrori dalam pemberian kuliah)
à Michael Seriven dan Richard paul, seperti yang dikutip leh Jenicekc (2006) mengatakan bahwa berfikir kritis adalah sebuah proses intelektual dengan melakukan pembuatan konsep, penerapan, melakukan sintesis dan atau mengevaluasi informasi yang diperoleh dari observasi, pengalaman, refleksi, pemikiran, atau komunikasi sebagai dasar untuk melakukan suatu tindakan. Digambarkan bahwa berfikir kritis tidak hanya cukuo logis, tetapi terdiri atas prose yang lebih luas dalam bidang kedokteran, antara lain melibatkan persepsi, bahasa, emosi, pertimbangan biostatistik dan epidemilogis, bukti ilmiah terbaik, pengetahuan klinis dan kesehatan masyarakat, sikap dan keterampilan. Pendapat ini sama dengan pendapat dari Abraham (2004) yang menerapkan stategi membangun critical thinking mahasiswa melalui pembelajaran fisiologi.
à Nickerson (1987) berpedapat bahwa otoritas pada berfikir kritis, menandai seorang pemikir kritis dalam pengetahuan, kemampuan, sikap, dan kebiasaan dalam bertindak. Seorang pemikir kritis memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Menggunakan bukti ilmiah dengan baik dan berimbang
b. Mengelola pikiran dan menyampaikannya secara konsisten dan jelas
c. Membedakan sesuatu secara logis dan inferens
d. Menangguhkan keputusan bila terdapat kurang bukti yang mendukung
e. Menerapkan teknik problem-solving
f. Mengerti perbedaan antara memberi alasan dengan mencari alasan
g. Berusaha mengantisipasi kemungkinan konsekuensi alternatif pilihan
h. Memahami pendapat berdasarkan derajat kepercayaan
i. Mencari kemiripan dan analogi pada keadaan yang tidak jelas
j. Mampu belajar secra mandiri dan tidak mudah putus asa dalam mengerjakan sesuatu
k. Dapat menyampaikan struktur informal dengan jalan pikiran formal
l.
Dapat memberi argumen secara lisan bila terdapat ketidaksesuaian
m. Membiasakan meragukan pendapat sendiri dan berusaha memahaminya
n. Peka terhadap perbedaan antara kebenaran dan intensitas
o. Menyadari bahwa kemampuan memahami sesuatu adalah terbatas
p. Mengakui kemungkinan pendapatnya sendiri keliru
à Seorang yang berfikiran kritis menurut Carol (2004) memiliki karakteristik berikut adalah seorang yang
a. Berfikiran terbuka
b. Skeptis
c. Rendah hati
d. Berfikiran bebas
e. Memiliki motivasi tinggi
à Sedangkan menurut Ferret (1996) seseorang dapat menjadi pemikir kritisbila memiliki karakteristik sbb,
a. Menanyakan sesuatu yang berhubungan
b. Menilai pernyataan dan argumen
c. Dapat memperbaiki kekeliruan pemahaman atau informasi
d. Memiliki rasa ingin tahu
e. Tetarik untuk mencari solusi baru
f. Dapat menjelaskan sebuah kriteria untuk menganalisis pendapat
g. Ingin menguji kepercayaan, asumsi, dan dan pendapat serta membandigkannya denag bukti yang ada
m. Membiasakan meragukan pendapat sendiri dan berusaha memahaminya
n. Peka terhadap perbedaan antara kebenaran dan intensitas
o. Menyadari bahwa kemampuan memahami sesuatu adalah terbatas
p. Mengakui kemungkinan pendapatnya sendiri keliru
à Seorang yang berfikiran kritis menurut Carol (2004) memiliki karakteristik berikut adalah seorang yang
a. Berfikiran terbuka
b. Skeptis
c. Rendah hati
d. Berfikiran bebas
e. Memiliki motivasi tinggi
à Sedangkan menurut Ferret (1996) seseorang dapat menjadi pemikir kritisbila memiliki karakteristik sbb,
a. Menanyakan sesuatu yang berhubungan
b. Menilai pernyataan dan argumen
c. Dapat memperbaiki kekeliruan pemahaman atau informasi
d. Memiliki rasa ingin tahu
e. Tetarik untuk mencari solusi baru
f. Dapat menjelaskan sebuah kriteria untuk menganalisis pendapat
g. Ingin menguji kepercayaan, asumsi, dan dan pendapat serta membandigkannya denag bukti yang ada
h.
Mendengarkan orang lain dengan baik dan dapat memberikan umpan balik
i. Mengetahui bahwa berfikir kritis adalah proses sepanjang hayat dari introspeksi diri
j. Mengambil keputusan setelah seluruh fakta dikumpulkan dan dipertimbangkan
k. Mencari bukti ilmiah untuk mendukung asumsi dan keyakinan
l. Dapat memperbaiki pendapatnya bila menemukan fakta baru
m. Mencari bukti
n. Menguji masalah secara terbuka
o. Dapat menolak informasi bila tidak sesuai
i. Mengetahui bahwa berfikir kritis adalah proses sepanjang hayat dari introspeksi diri
j. Mengambil keputusan setelah seluruh fakta dikumpulkan dan dipertimbangkan
k. Mencari bukti ilmiah untuk mendukung asumsi dan keyakinan
l. Dapat memperbaiki pendapatnya bila menemukan fakta baru
m. Mencari bukti
n. Menguji masalah secara terbuka
o. Dapat menolak informasi bila tidak sesuai
9.
Menguraikan
fungsi tutorial dalam problem based learning
Dalam tutorial mahasiswa
dibentuk sebuah kelompok yang terdiri dari beberapa orang. Kemudian dalam
kelompok tersebut diberikan sebuah skenario/permasalahan untuk dipecahkan
dengan menggunakan metode seven jumps. Serta pengajar hanyalah sebagai
fasilitator.
Skenario tutorial yang
diberikan berfungsi hanya sebagai trigger mahasiswa untuk memperoleh :
·
Motivasi belajar
untuk memecahkan masalah
·
Berpikir kritis
terhadap masalah
·
Kemampuan
mengumpulkan dan mengolah informasi
·
Kemampuan
belajar mandiri
Dalam hal ini tutorial akan
mengembangkan kreatifitas dan pengalaman mahasiswa dalam menghadapi suatu
masalah secara mandiri yang tentunya sesuai dengan pembelajaran PBL.
Kemudian mahasiswa
mentransfer ataupun saling bertukar pendapat dan informasi dengan mahasiswa
lain dalam diskusi hasil dari belajar mandiri hal ini mengakibatkan tiadanya
suatu jawaban yang pasti “no one right answer” sehingga hal ini akan
menstimulus kemampuan mahasiswa untuk menyimpulkan pemecahan masalah dari
berbagai sumber informasi tentunya hal ini juga sesuai dengan metode
pembelajaran PBL (Problem Based Learning).
Dan tujuan akhirnya adalah
dalam tutorial mahasiswa diharapkan mampu mencari problem solving berdasarkan
masalah yang dihadapi.
10.
Menguraikan
berbagai macam gaya belajar
Pengertian Gaya Belajar
·
Menurut Fleming dan Mills (1992),
gaya belajar merupakan kecenderungan siswa untuk mengadaptasi strategi tertentu
dalam belajarnya sebagai bentuk tanggung jawabnya untuk mendapatkan satu
pendekatan belajar yang sesuai dengan tuntutan belajar di kelas/sekolah maupun
tuntutan dari mata pelajaran.
·
Drummond (1998:186) mendefinisikan
gaya belajar sebagai, “an individual’s preferred mode and desired conditions of
learning.” Maksudnya, gaya belajar dianggap sebagai cara belajar atau kondisi
belajar yang disukai oleh pembelajar.
·
Willing (1988) mendefinisikan gaya
belajar sebagai kebiasaan belajar yang disenangi oleh pembelajar. Keefe (1979)
memandang gaya belajar sebagai cara seseorang dalam menerima, berinteraksi, dan
memandang lingkungannya. Dunn dan Griggs (1988) memandang gaya belajar sebagai
karakter biologis bawaan.
Gaya belajar
atau learning style adalah suatu karakteristik kognitif, afektif dan perilaku
psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak yang relatif stabil untuk
pebelajar merasa saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar
(NASSP dalam Ardhana dan Willis, 1989 : 4).
Definisi
yang lebih menjurus pada gaya belajar bahasa dan yang dijadikan panduan pada
penelitian ini dikemukakan oleh Oxford (2001:359) dimana gaya belajar didefinisikan
sebagai pendekatan yang digunakan peserta didik dalam belajar bahasa baru atau
mempelajari berbagai mata pelajaran.
Macam-Macam Gaya Belajar
1. Visual
(belajar dengan cara melihat)
Bagi orang
yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata /
penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan
sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, mengajak ke
obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara
menunjukkan alat peraga langsung atau menggambarkan di papan tulis. Mereka
berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat
dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran
bergambar, dan video. Di dalam kelas,orang bergaya belajar visual lebih suka
mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.
Ciri-ciri gaya belajar visual :
Ø
Bicara agak cepat
Ø
Mementingkan penampilan dalam
berpakaian/presentasi
Ø
Tidak mudah terganggu oleh keributan
Ø
Mengingat yang dilihat, dari pada
yang didengar
Ø
Lebih suka membaca dari pada
dibacakan
Ø
Pembaca cepat dan tekun
Ø
Seringkali mengetahui apa yang harus
dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
Ø
Lebih suka melakukan demonstrasi
dari pada pidato
Ø
Lebih suka musik dari pada seni
Ø
Mempunyai masalah untuk mengingat
instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk
mengulanginya
2. Auditori (belajar dengan cara mendengar)
Orang yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya .Mereka mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang orang lain katakan. Orang bergaya belajar auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi orang auditori mendengarkannya.
Ciri-ciri gaya belajar auditori :
- Saat bekerja suka bicara kepada diri sendiri
-
Penampilan rapi
-
Mudah terganggu oleh keributan
-
Belajar dengan mendengarkan dan
mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
-
Senang membaca dengan keras dan
mendengarkan
-
Menggerakkan bibir mereka dan
mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
-
Biasanya ia pembicara yang fasih
-
Lebih pandai mengeja dengan keras daripada
menuliskannya
-
Lebih suka gurauan lisan daripada
membaca komik
-
Mempunyai masalah dengan
pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
-
Berbicara dalam irama yang terpola
-
Dapat mengulangi kembali dan
menirukan nada, berirama dan warna suara
3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja
dan menyentuh)
Orang yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Mereka sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Orang yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :
- Berbicara perlahan
-
Penampilan rapi
-
Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi
keributan
-
Belajar melalui memanipulasi dan praktek
-
Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
-
Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika
membaca
-
Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat
dalam bercerita
-
Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan
aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
-
Menyukai permainan yang menyibukkan
-
Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika
mereka memang pernah berada di tempat itu
-
Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian
mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi
11.
Menguraikan
sejarah lahirnya ilmu kedokteran
Sejak zaman
pra-sejarah, manusia telah mengenal konsep penyembuhan. Namun karena
keterbatasan pada zaman itu, manusia tidak dapat berbuat banyak. Masyarakat
paleolistic berusaha melindungi diri dengan melakukan mobilitas rendah dan
menciptakan tempat tinggal yang terisolasi.
Pada zaman neolitic,
manusia mulai meninggalkan tradisi mengumpulkan makanan menjadi memproduksi
makanan dan mulai hidup berdampingan
dengan hewan ternak. Namun efek sampingnya perkembangan penyakit semakin pesat.
Pada zaman ini mulai berkembang konsep penyembuhan serta pengobatan
supranatural.
Pada era selanjutnya,
kedokteran mulai berkembang di tempat yang berbeda-beda. Mesopotamia, Mesir,
Yunani, dan Roma berorientasi pada ilmu ghaib dan agama, India pada
keseimbangan elemen tubuh (Dhatus), China pada keseimbangan pertukaran energi
Ying dan Yang.
Pada masa selanjutnya,
ilmu kedokteran sangat berkembang di Yunani dan Roma. Bahkan sudah terdapat
istilah anatomi, dan para dokter telah dibayar atas jasanya. Namun pada tahun
1800, Romawi jatuh dan ilmu kedokteran menurun drastis dan mulai ditolak oleh
agama Kristen. Konsep ilmu kedokteran dalam agama Kristen pada saat itu berisi
bahwa kesehatan adalah rahmat Tuhan dan penyakit dalah pengaruh roh jahat.
Sedangkan di Timur Tengah, ilmu kedokteran
telah menyentuh ranah ilmu pengetahuna dengan ditandai munculnya 2 ilmuan besar
yaitu, Avicenna dan Rhazez, serta ditemukannya sekolah kedokteran Nestrorian
Cristian diu Jundhisapur di Persia.
Pada era berikutnya
sampai abad 18, perkembangan populasi tumbuh cepat. Sehingga berkembang lah
berbagai penyakit dan infeksi, sampai disebut dengan Black Death.
Pada abad 19,disebut
dengan bangkitnya ilmu kedokteran dengan adanya Sekolah Kedokteran di Perancis
dan Jerman. Pada abad ini pula ditemukan teori kuman, vaksinansi, dan
imunisasi.
Pada zaman modern,
model pendekatan yang digunakan adalah EBM. Ilmu kedokteran juga dibantu oleh
berbagai bidang ilmu lainnya, seperti genetika dan farmakologi.
12.
Menguraikan
kerangka berpikir Evidence Based Medicine
Evidence Based Medicine menurut Febora Agung
Nugroho adalah pendekatan pengambilan keputusan klinik (diagnosis & terapi) menggunakan bukti ilmiah
terbaik (best evidence) yang ada, dengan konsultasi kepada pasien, dan
memutuskan pilihan terbaik bagi pasien. Critical Appraisal adalah proses
sistematik yang sangat penting pada metode pembelajaran EBM. Hal itu
dikarenakan, critical appraisal berfungsi
menguji validitas hasil dan relevansi data dari sebuah bukti ilmiah
(hasil penelitian) sebelum digunakan untukdasar mengambil keputusan.
Evidance Based Medicine dan Critical
Appraisal sangat berguna dalam praktek kedokteran , karena tidak semua kasus
yang ditangani oleh seorang dokter dapat dipelajari secara formal melalui
pendidikan kedokteran. Jurnal-jurnal yang didapat melalui metode-metode yang
diterapkan oleh Evidance Based Medicine tentunya akan sangat bermanfaat
untuk penanganan kasus yang sama dan
relevan, dengan pertimbangan yang matang melalui Critical Appraisal.
Secara formal penilaian kritis (critical appraisal)
perlu dilakukan terhadap kualitas bukti-bukti yang dilaporkan oleh artikel atau
riset pada jurnal. Penilaian kualitas bukti dari artikel meliputi penilaian
tentang validitas (validity), kepentingan (importance), dan kemampuan penerapan
(applicability) yang dapat disingkat dengan “VIA”. Berikut ini penjelasan lebih mendalam tentang
langkah-langkah critical appraisal :
1.
Validity
Setiap
artikel atau jurnal hasil riset perlu dinilai kritis tentang apakah kesimpulan
yang ditarik benar (valid) dan apakah tidak mengandung bias. Biasa adalah kesalahan sistematis yang dapat menyebabkan
kesimpulan hasil riset yang salah.
2.
Importance
Bukti yang
disampaikan oleh suatu artikel perlu
dinilai tidak hanya validitas atau kebenarannya saja, melainkan juga harus
dinilai apakah informasi ilmiah tersebut memberikan informasi yang cukup
penting atau tidak (important), sehingga berguna untuk menegakkan diagnosis
ataupun memilih terapi yang efektif.
3.
Applicability
Bukti yang valid dan penting dari
sebuah riset hanya berguna jika bisa diterapkan kepada pasien di tempat praktik
klinis. Itulah satu komponen yang penting juga yaitu applicability.
Setelah
mengetahui lebih dalam apa itu metode belajar Evidence Based Medicine dan
Critical Apparaisal dan kita simpulkan bahwa tujuan dari metode pembelajaran
Evidence Based Medicine antara lain :
a)
Memberikan kemudahan bagi seorang
dokter untuk memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pasien, pasalnya
data-data ter up to date yang didapat melalui evidence based medicine membantu memenuhi kebutuhan dokter akan pembaharuan
ilmu pengetahun kedokteran yang selalu berkembang.
b)
Dapat membantu seorang dokter dalam memenuhi
standarisasi, profesionalitas, dan kompetensinya sebagai seorang doker
13.
Menjelaskan peran TI dalam kedokteran
Pentingnya
teknologi informasi bagi kedokteran.Seperti yang kita tahu, semakin tahun
semakin canggih teknologi yang kita temui. Teknologi dapat membantu kita dalam
belajar melalui e-book hingga membantu operasi. Bahkan sekarang dokter
beroperasi pun ada yang tidak membutuhkan pembedahan, melainkan dengan bantuan
robot kecil yang dimasukkan ke tubuh. Contohnya di India, ada operasi untuk
mengurangi lemak dengan mengalihkan lemak menuju organ pencernaan menggunakan
selang. Mungkin, dulu itu tidaklah mungkin, namun sekarang telah banyak operasi
menggunakan robot tanpa perlu dibedah. Ada contoh survey yang dilakukan oleh
PwC sebagai contoh penggunaan teknologi sebagai alat komunikasi antara dokter
dan pasien.
Banyak RS juga
sudah
menyediakan
layanan telemedicine untuk
berkonsultasi
dengan
spesialis di RS lain. Di
Indonesia, beberapa RS Premium seperti Eka Hospital dan Siloam sudah
membangun
kerjasama telemedicine
dengan Mayo Clinic, USA dan Bagian Anak dan Bagian Saraf RS Sardjito
juga
sudah
mengembangkan
kerjasama telemedicine
dengan rumah sakit di luar negeri. Di masa yang akan
datang, diperlukan
teknologi telemedicine untuk
fasilitas
kesehatan di daerah
terpencil
dengan
jumlah
spesialis yang masih
sedikit
atau
belum
lengkap. Teknologi mobile
ini memungkinkan
penyedia
layanan
kesehatan
dan
dokter
berinteraksi
dengan
pasien
dan
memberikan
pelayanan
dengan
lebih
cepat
dan
murah. Selain
itu
ada
juga
peluang
untuk
mendekatkan
teknologi
kedokteran
ke
masyarakat
melalui provider kesehatan
tingkat
pertama (PPK Primer),
misalnya dengan penggunaan alat pengukur tensi darah individual yang terhubung
dengan internet dan
hasilnya
akan
dikirimkan
langsung
ke
dokter
keluarga
setempat (dokter PPK Primer)
dan dokter
bias
segera
merespon
dengan
mengirimkan
komentar
atau
mengirimkan
resep
rutin per email. Ini
mengurangi
beban
kerja
dokter PPK Primer tanpa
mengurangi
kualitas
pelayanan
kesehatannya. Implementasi
manajemen
rumah sakit modern dengan
system
informasi
terintegrasi
akan
menghemat
biaya
kesehatan RS maupun
pasien. Selain
itu
implementasi
system
rujukan yang baik
dengan
dukungan
sistem telemedicine akan
dapat
mengurangi
beban
rumah
sakit
untuk
menangani
pasien-pasien
dengan
tingkat
keparahan yang rendah.
14.
Menjelaskan Pola Perubahan Penyakit
· Definisi
Perubahan pola
penyebaran penyakit dan faktor-faktor determinan yang mempengaruhi terjadinya
penyakit sehingga dapat diketahui cara pencegahan dan pemberantasan penyakit.
· Contoh
: thypoid dahulu dapat perforasi pada orang dewasa sekarang juga bisa pada
anak-anak.
· Pola
yang berubah, meliputi :
1. Bentuk
penularan, sebagai contoh TBC pada seseorang yang menderita HIV
2. Keparahan
penyakit
3. Attack
rate suatu penyakit
· Faktor-faktor
yang mempengaruhi adalah :
ü Host
(tuan rumah, pejamu) adalah manusia atau makhluk hidup lainnya, yang menjadi
tempat terjadinya proses alamiah perkembangan penyakit.
ü Agent
adalah suatu unsur (organisma hidup atau kuman infektif) yang dapat menyebabkan
terjadinya suatu penyakit. Pada penyakit tertentu dapat single kausa (infeksi)
dan multi kausa (non infeksi).
ü Environment
(lingkungan) adalah semua faktor luar dari suatu individu. Dapat berupa
lingkungan fisik (geologi, iklim, geografik), biologis (kepadatan penduduk,
flora, fauna), sosial (migrasi/urbanisasi, lingkungan kerja, bencana alam,dll).
Saya mohon izin untuk share dan saya jadikan literatur kak :)
BalasHapusMalam mbak, jika mbak berkenan bolehkah saya meminta sumber dari dr. cholis abrori? Terima Kasih
Hapus